TEMPO.CO, Jakarta - Pertemuran kembali terjadi di beberapa bagian ibu kota Sudan, Senin, 20 Mei 2023, beberapa jam sebelum berakhirnya kesepakatan gencatan senjata yang sempat memberi jeda dari konflik enam minggu.
Pertempuran mulai terjadi dari Minggu hingga Senin di selatan dan barat Omdurman, salah satu dari tiga kota yang bersebelahan dengan ibu kota Khartoum.
Tentara Sudan dan paramiliter Pasukan Pendukung Cepat (RSF) terlibat dalam perebutan kekuasaan yang meletus menjadi konflik pada 15 April, menewaskan ratusan orang dan membuat 1,4 juta orang mengungsi.
Kedua belah pihak mengatakan mereka sedang mempertimbangkan untuk memperpanjang kesepakatan gencatan senjata selama seminggu yang ditengahi oleh Arab Saudi dan Amerika Serikat untuk memungkinkan distribusi bantuan setelah gencatan sebelumnya akan berakhir Senin malam.
Arab Saudi dan Amerika Serikat, yang juga memantau kesepakatan gencatan senjata dari jarak jauh dan telah meminta pembaruannya, mengatakan pada hari Minggu bahwa baik tentara maupun RSF berulang kali melanggar gencatan senjata dan menghambat pengiriman akses kemanusiaan dan pemulihan layanan penting.
"Sejak kemarin malam terjadi pengeboman dengan segala jenis senjata antara tentara dan Rapid Support. Kami dalam keadaan sangat ketakutan. Di mana gencatan senjata?" kata Hassan Othman, seorang warga Omdurman berusia 55 tahun, kepada Reuters melalui telepon.
Menurut Kementerian Kesehatan, lebih dari 700 orang tewas akibat pertempuran, meskipun angka sebenarnya kemungkinan jauh lebih tinggi.
Tercatat secara terpisah hingga 510 kematian di El Geneina, salah satu kota utama di Darfur, wilayah barat yang sudah dilanda konflik dan pengungsian.
Di Khartoum, pabrik, kantor, rumah, dan bank telah dijarah atau dihancurkan. Listrik, air, dan telekomunikasi sering terputus, obat-obatan dan peralatan medis sangat langka, dan persediaan makanan hampir habis.
Di salah satu panti asuhan di ibu kota, Reuters melaporkan lusinan bayi telah meninggal sejak awal konflik, yang oleh seorang pejabat dikaitkan terutama dengan kekurangan staf dan pemadaman listrik berulang yang disebabkan oleh pertempuran.
Kesepakatan gencatan senjata telah membawa jeda dari pertempuran sengit tetapi bentrokan sporadis dan serangan udara terus berlanjut.
Perserikatan Bangsa-Bangsa dan kelompok bantuan mengatakan bahwa meskipun ada gencatan senjata, mereka berjuang untuk mendapatkan persetujuan birokrasi dan jaminan keamanan untuk mengangkut bantuan dan staf ke Khartoum dan tempat lain yang membutuhkan.
Sebuah pernyataan dari Arab Saudi dan AS pada Minggu malam mengutip pelanggaran gencatan senjata termasuk serangan udara dan pengambilan pasokan medis oleh tentara, dan pendudukan bangunan sipil dan penjarahan oleh RSF.
"Kedua belah pihak telah memberi tahu fasilitator bahwa tujuan mereka adalah deeskalasi untuk memfasilitasi bantuan kemanusiaan dan perbaikan penting, namun kedua belah pihak bersiap untuk eskalasi lebih lanjut," katanya.
REUTERS
Pilihan Editor: Warna Air di Sungai Venesia Berubah Jadi Hijau, Pemerintah Cari Sebabnya