TEMPO.CO, Jakarta - Arab Saudi dan Amerika Serikat, Minggu, 28 Mei 2023, menyerukan perpanjangan kesepakatan gencatan senjata yang telah menghentikan perang enam minggu antara faksi militer, tetapi mengatakan kedua belah pihak telah menghambat upaya bantuan dan sedang bersiap untuk eskalasi lebih lanjut.
Bentrokan terdengar Sabtu malam dan pada Minggu di ibu kota Khartoum, kata penduduk, sementara pemantau hak asasi manusia melaporkan pertempuran mematikan di El Fashir, salah satu kota utama di wilayah barat Darfur.
Konflik Sudan antara militer dan paramiliter Rapid Support Forces (RSF) yang pecah pada 15 April telah membuat ibu kota terguncang akibat pertempuran hebat, ketiadaan hukum dan runtuhnya pelayanan, mengusir hampir 1,4 juta orang dari rumah-rumah mereka dan mengancam destabilisasi kawasan.
Gencatan senjata seminggu penuh yang dimediasi dalam pembicaraan yang dipimpin oleh Arab Saudi dan AS di Jeddah jatuh tempo hingga Senin malam.
Kedua negara memonitor kesepakatan itu dan menyerukan tentara dan milisi RSF untuk memperbarui gencatan senjata “yang tidak sempurna diamati” untuk memungkinkan bantuan kemanusiaan.
“Ada pelanggaran oleh kedua pihak yang menghambat bantuan kemanusiaan dan pemulihan layanan-layanan penting,” kata Arab Saudi dan AS dalam sebuah pernyataan bersama.
Pernyataan tersebut mengutip pelanggaran gencatan senjata, termasuk serangan udara dan pengambilan pasokan medis oleh tentara, dan pendudukan bangunan sipil dan penjarahan oleh RSF.
"Kedua belah pihak telah memberi tahu fasilitator bahwa tujuan mereka adalah deeskalasi untuk memfasilitasi bantuan kemanusiaan dan perbaikan penting, namun kedua belah pihak bersiap untuk eskalasi lebih lanjut," katanya.
RSF mengatakan siap untuk membahas kemungkinan pembaruan dan akan terus memantau gencatan senjata "untuk menguji keseriusan dan komitmen pihak lain untuk melanjutkan pembaruan perjanjian atau tidak".
Militer Sudan mengatakan mereka tengah membicarakan kemungkinan perpanjangan.