TEMPO.CO, Jakarta - Ratusan ribu amunisi artileri Korea Selatan sedang dalam perjalanan ke Ukraina melalui Amerika Serikat, setelah perlawanan awal Seoul untuk mempersenjatai Ukraina, Wall Street Journal melaporkan, Rabu, 24 Mei 2023.
The Journal, menyebut sumber-sumber yang tidak disebut namanya, mengatakan Seoul telah mencapai sebuah “kesepakatan rahasia” dengan Washington untuk membawa peluru-peluru itu ke Amerika Serikat untuk dikirim ke Ukraina, setelah tahun lalu, Washington meminta sekutu Asianya itu memberi dukungan artileri.
Jeon Ha-kyu, juru bicara kementerian pertahanan Korea Selatan, Kamis, 25 Mei 2023, mengatakan pihaknya telah melakukan pembicaraan dengan Pentagon tentang ekspor amunisi tetapi ada "bagian yang tidak akurat" dalam laporan WSJ, menolak memberikan rincian.
"Ada berbagai diskusi dan permintaan, dan pemerintah kami akan mengambil tindakan yang tepat sambil meninjau secara komprehensif situasi perang dan kemanusiaan di Ukraina," kata Jeon dalam pengarahan.
Sekutu AS dan produsen utama amunisi artileri, Korea Selatan sejauh ini mengesampingkan pengiriman bantuan mematikan ke Ukraina, mengutip hubungan bisnis dengan Rusia dan pengaruh Moskow atas Korea Utara, meskipun ada tekanan yang meningkat dari Washington dan Eropa untuk memasok senjata.
Presiden Yoon Suk Yeol, dalam sebuah wawancara dengan Reuters, April, mengisyaratkan prospek perubahan, mengatakan mungkin sulit bagi Seoul untuk hanya memberikan dukungan kemanusiaan dan keuangan jika Ukraina menghadapi serangan sipil berskala besar atau "situasi komunitas internasional tidak dapat memaafkan."
Pentagon dan kantor Yoon tidak segera menanggapi permintaan komentar.
Ketika ditanya pada Rabu tentang potensi untuk memasok amunisi ke Ukraina, penasehat keamanan nasional Korea Selatan, Cho Tae-yong, mengatakan kepada parlemen bahwa para pejabat akan membuat keputusan setelah memantau perkembangan.
Cho mengatakan tidak ada rencana untuk mengirim peluru-peluru baik secara langsung atau via Polandia, tetapi tidak mengelaborasi kerja sama dengan Amerika Serikat.
The Journal melaporkan bahwa para petinggi Seoul "gugup dengan apa yang direncanakan " menyusul laporan media tentang pembicaraan-pembicaraan akhir tahun lalu, tetapi sebuah “terobosan” dibuat setelah Yoon mengunjungi Washington bulan lalu untuk sebuah pertemuan dengan Presiden Joe Biden.
REUTERS
Pilihan Editor: Pertempuran di Sudan Kembali Pecah di tengah Gencatan Senjata