TEMPO.CO, Jakarta - Berita top 3 dunia kemarin dimulai dari pemimpin Grup Wagner yang memperingatkan potensi revolusi di Rusia seperti 1917. Yevgeny Prigozhin juga menyatakan bahwa potensi Rusia gagal perang di Ukraina bisa saja terjadi.
Berita top 3 dunia kedua adalah Cina dan Rusia yang tetap menjalin kerja sama di tengah sorotan negara-negara Barat. Terakhir dari top 3 dunia yaitu pertemuan antara Menteri Pertahanan RI Prabowo Subianto dengan Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim. Pertemuan berlangsung di Langkawi, Malaysia. Berikut berita selengkapnya:
1. Bos Grup Wagner Sebut Rusia Bisa Hadapi Revolusi Seperti 1917, Ini Alasannya
Yevgeny Prigozhin, pendiri kelompok tentara bayaran Grup Wagner, memperingatkan bahwa Rusia dapat menghadapi revolusi yang mirip dengan tahun 1917 dan kalah perang di Ukraina, kecuali para elit serius berperang.
Invasi Rusia ke Ukraina 2022 telah memicu salah satu konflik Eropa paling mematikan sejak Perang Dunia Kedua dan konfrontasi terbesar antara Moskow dan Barat sejak Krisis Misil Kuba 1962.
Ukraina sedang mempersiapkan serangan balasan yang ditujukan untuk mendorong pasukan Rusia kembali ke perbatasan sebelum 2014 ketika Rusia mencaplok Krimea, kata Prigozhin. Ukraina akan mencoba mengepung Bakhmut dan menyerang Krimea, tambahnya.
“Kemungkinan besar, skenario ini tidak akan baik untuk Rusia sehingga kita perlu mempersiapkan perang yang sulit,” katanya dalam sebuah wawancara yang diposting di saluran Telegramnya.
"Kami berada dalam kondisi sedemikian rupa sehingga kami bisa kehilangan Rusia - itulah masalah utamanya ... Kami perlu memberlakukan darurat militer."
Elit Rusia, katanya, melindungi anak-anak mereka sendiri dari berperang sementara anak-anak Rusia biasa tewas di garis depan, situasi yang menurutnya dapat memicu kekacauan di Rusia . Jika rakyat biasa Rusia terus mengembalikan anak-anak mereka ke dalam peti mati seng sementara anak-anak elit berjemur di luar negeri, katanya, Rusia akan menghadapi kekacauan seperti revolusi 1917 yang memicu perang saudara.
Prigozhin mengatakan pandangan politiknya didominasi oleh cinta tanah air dan melayani Putin. Dia mengatakan julukan "koki Putin" itu bodoh karena dia tidak bisa memasak, sambil menyindir bahwa "tukang daging Putin" mungkin julukan yang lebih tepat.