TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Georgia Irakli Garbashvili mengatakan tidak mampu menjatuhkan sanksi terhadap Rusia atas perang Ukraina. Alasannya sanksi terhadap Rusia bakal menghancurkan perekonomian negaranya.
Garbashvili membela kebijakan Georgoa yang tak mengambil tindakan terhadap Moskow yang menduduki sekitar 20 persen wilayah negaranya pada 2008. “Tidak hanya akan merugikan Georgia, tetapi kami juga akan menghancurkan ekonomi dan membahayakan kepentingan negara, rakyat, jika kami menjatuhkan segala bentuk sanksi ekonomi terhadap Rusia,” kata Garbashvili kepada Forum Ekonomi Qatar, Senin, 24 Mei 2023, seperti dikutip dari Al Arabiya.
Selain menolak menjatuhkan sanksi, Garbashvili memutuskan melanjutkan penerbangan langsung dari Rusia ke Georgia pada minggu lalu. Keputusan itu memicu protes oposisi di bandara Tbilisi.
Rusia adalah mitra dagang Geordia. Garbashvili memperkirakan perdagangan bilateral Georgia dengan Rusia bernilai sekitar US$ 1 miliar per tahun.
Maret lalu, seperti dilansir Reuters, Garibashvili menuduh Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky ikut campur dalam situasi politik negaranya dengan mengomentari protes yang terjadi. Kyiv marah dengan tudingan itu.
Protes yang dimaksud adal aksi untuk menanggapi undang-undang "agen asing" yang menurut para kritikus mengisyaratkan pergeseran otoriter di Georgia. Zelensky berterima kasih kepada pengunjuk rasa karena mengibarkan bendera Ukraina.
Zelensky mengatakan itu menunjukkan rasa hormat. Dia berharap orang Georgia sukses secara demokratis.
Selama konflik 2008 antara negaranya dan Rusia, Garbashvili mengkritik komunitas internasional karena tidak mengambil tindakan, termasuk sanksi. Georgia dan Ukraina sama-sama bercita-cita untuk bergabung dengan Uni Eropa suatu hari nanti.
AL ARABIYA I REUTERS
Pilihan Editor: Arloji Patek Philippe Langka Milik Kaisar Terakhir Cina Terjual Rp92 Miliar