TEMPO.CO, Jakarta – Menteri luar negeri Ukraina Dmytro Kuleba memulai tur ke negara-negara Afrika minggu ini. Dia punya misi meningkatkan dorongan diplomatik Kyiv di masa perang untuk menantang pengaruh Rusia di "Global South" atau negara berkembang, dan memperkuat visi yang ditetapkan oleh Ukraina sebagai satu-satunya jalan menuju perdamaian.
"Negosiasi penting menanti para pemimpin dan bisnis Afrika," tulis Kuleba di Instagram, Selasa, 23 Mei 2023. Dalam pesannya, dia juga menyebut ingin menggalang dukungan untuk aliran tanpa hambatan biji-bijian Ukraina yang melintas Laut Hitam, serta mengamankan pembukaan baru untuk bisnis Ukraina.
Di Instagram, Kuleba menyebut perjalanannya ke Afrika kali ini adalah Maroko. Dia sudah dua kali mengunjungi benua itu sejak invasi Rusia berskala penuh ke negaranya.
Misi menlu menyusul tiga hari diplomasi Presiden Volodymyr Zelensky di Liga Bangsa-Bangsa Arab pada Jumat dan kemudian di KTT Kelompok Tujuh di Jepang. Selain para pemimpin G7, dia bertemu dengan tokoh-tokoh dari India, Indonesia, Irak, dan putra mahkota Saudi selama perjalanannya.
Analis politik mengatakan Ukraina mempercepat dorongannya untuk merayu Global South - istilah yang berarti Amerika Latin, Afrika, dan sebagian besar Asia. Upaya tersebut menjadi semakin penting karena proposal perdamaian saingan untuk mengakhiri perang di Ukraina telah muncul di ibu kota-ibu kota lain.
Cina, yang menggembar-gemborkan rencana perdamaiannya sendiri, mengirim utusan utamanya ke Kyiv, Moskow, dan ibu kota Eropa untuk membahas "penyelesaian politik" bulan ini. Afrika Selatan mengatakan pekan lalu Kyiv dan Moskow telah sepakat untuk membahas rencana perdamaian dengan para pemimpin Afrika. Vatikan juga menyempurnakan misi perdamaian bulan ini.
“Urgensinya adalah karena rencana perdamaian yang bermunculan ini,” kata Alyona Getmanchuk, pakar politik yang mengepalai New Europe Center, sebuah think-tank di Kyiv. "Pada titik tertentu, Ukraina menyadari bahwa kinerjanya di bawah Global South selama bertahun-tahun," katanya.