TEMPO.CO, Jakarta - Baru-baru ini, heboh masyarakat Malaysia berdatangan ke supermarket terdekat untuk memborong air mineral. Etalase seketika kosong akibat panic buying yang menyusul ancaman kekeringan di Negeri Jiran tersebut.
Awal 2023 memang dibuka dengan gelombang panas yang melanda sebagian besar wilayah Asia, terutama Asia Selatan dan Asia Tenggara. Di Malaysia sendiri, tepatnya Negeri Sembilan, rekor suhu terpanas mencapai 38,4 derajat celsius pada 22 April lalu. Tiga hari setelah itu—25 April—tercatat setidaknya dua kematian akibat sengatan panas dan dehidrasi parah, yakni anak laki-laki berusia 11 tahun dan bayi 19 bulan di Kelantan.
Gelombang panas di Malaysia diperkirakan masih akan berlangsung sampai Juni mendatang. Menurut freemalaysiatoday.com, sejak Maret, para ahli telah mendesak pihak berwenang dan masyarakat untuk bersiap menghadapi cuaca kering yang sangat panjang. Perusahaan air disarankan segera melakukan mitigasi dan konsumen pun diimbau agar menghemat air.
Setelah Juni, suhu akan perlahan turun hingga September walaupun temperaturnya masih tetap di atas rata-rata. Kata Wakil Dirjen Departemen Meteorologi Mohd. Hisham Anip yang dilansir dari straitstime.com, curah hujan bulanan Malaysia juga diperkirakan akan berkurang 20–40 persen selama periode Juni–September di sejumlah bagian negara. Ini tentu semakin menambah rasa khawatir penduduk setempat akan kelangkaan air.
Sebab Utama: El Nino
Cuaca panas ekstrem yang sangat mengeringkan ini tidak lain dipicu oleh fenomena El Nino. Fenomena El Nino terjadi ketika gulungan air laut hangat berkembang di bagian timur-tengah ekuator Samudra Pasifik. Selama El Nino berlangsung, angin yang biasanya bertiup dari timur ke barat di sepanjang ekuator (“angin timur”) kian melemah, bahkan berbalik arah menjadi dari barat ke timur (“angin barat”). Hal itu menyebabkan air hangat ikut terdorong ke arah timur sehingga tercipta suhu permukaan laut yang lebih hangat, dilansir dari usgs.gov.
Menurut malaymail.com, pakar lingkungan Haliza Abdul Rahman berkata bahwa persiapan dini perlu dilakukan untuk menghindari kepanikan, termasuk panic buying air mineral.
Persiapan yang dilakukan oleh pemerintah mencakup pemantauan ketinggian air di semua sungai dan bendungan, mengaktifkan rencana tanggap darurat, menggali sumber air alternatif, mendorong masyarakat dan industri untuk menghemat air, serta melakukan penyemaian awan dan memberikan dukungan logistik.
Selain itu, segala bentuk bantuan medis dan darurat dapat ditingkatkan, misalnya obat-obatan bagi korban panas dan bantuan pemadam kebakaran jika terjadi kebakaran. Masyarakat juga perlu siap mental dan fisik untuk menghadapi segala kemungkinan, termasuk krisis air, di mana langkah-langkah seperti penjatahan air harus dilakukan di beberapa daerah.
Pilihan editor: 10 Wanita WNI Jadi Korban Sindikat di Malaysia, Belum Terima Gaji dan Tak Boleh Menelepon
SYAHDI MUHARRAM