TEMPO.CO, Jakarta - Empat pria membawa parang mengejar sekelompok perempuan yang berlari melewati hutan lebat yang mengelilingi kota Goma di Kongo timur, putus asa untuk mencapai kamp pengungsi yang mereka tinggalkan untuk mengumpulkan kayu bakar.
Seorang perempuan tersandung batu dan jatuh. Ia tidak punya waktu untuk bereaksi sebelum salah satu laki-laki itu menangkapnya.
"Ia memperkosa saya,” katanya dua minggu setelah kejadian, di Bulengo, salah satu dari beberapa kamp pengungsian dekat Goma yang menampung sekitar 600 ribu orang yang melarikan diri dari zona konflik. “Ia bilang kepada saya bahwa jika saya berteriak ia akan membunuh saya,” katanya, seperti dilansir Reuters, Sabtu, 20 Mei 2023. “Saya merasa kotor.”
Korban berusia 35 tahun, yang tak ingin disebut namanya, hanyalah satu dari ratusan perempuan pengungsi mengalami kekerasaan seksual ketika mereka meninggalkan kamp-kamp untuk mencari kayu atau makanan.
Badan amal kesehatan, Medecins Sans Frontieres (MSF), merawat lebih dari 670 wanita - atau hampir 50 per hari - di tiga lokasi antara 17 dan 30 April yang menjadi sasaran kekerasan seksual.
Lebih dari separuhnya diserang oleh orang-orang bersenjata, kata badan tersebut minggu lalu, sambil menyebut bahwa angkanya cenderung diremehkan.
Pemerkosaan secara luas didokumentasikan sebagai senjata perang yang digunakan oleh kelompok-kelompok milisi bersenjata yang telah aktif di Kongo timur sejak akhir dua perang sipil yang berkobar 1996 dan 2003.
Kerusuhan meningkat setelah kelompok M23 melakukan serangan besar-besaran di provinsi Kivu Utara tahun lalu, memaksa ratusan ribu orang melarikan diri saat tentara melawan.
Banyak yang mencari perlindungan di kamp-kamp yang penuh sesak seperti Bulengo, tempat para pekerja kemanusiaan berjuang untuk melindungi mereka.
Banyaknya mulut yang kelaparan memaksa perempuan-perempuan ini keluar kamp untuk mencari makanan dan kayu bakar untuk dijual, membuat mereka rentan terhadap kejahatan seks, kata staf MSF Delice Sezage Tulinabo.
Laporan kekerasan berbasis gender di Kivu Utara naik lebih dari sepertiga dalam tiga bulan pertama 2023 dibandingkan dengan 2022, ketika lebih dari 38.000 kasus tercatat, kata UNICEF minggu ini.
Sebagian besar penyintas dilaporkan diserang oleh orang-orang bersenjata dan terlantar di dalam dan sekitar kamp.
Para pekerja kemanusiaan juga semakin khawatir terhadap tentara. Di Bulengo, para perempuan mengatakan mereka harus membayar tentara-tentara itu untuk masuk ke dalam hutan. Beberapa juga melakukan pemerkosaan, kata mereka.
Menteri Pertahanan Jean-Pierre Bemba mengatakan tuduhan-tuduhan itu sedang diinvestigasi.
Yvonne Tumaini Asifwe, 55, memutuskan untuk berhenti berkeliaran di luar setelah dua temannya diperkosa. Tapi dia sudah merasakan tekanan. "Apa yang akan kami makan?" dia bertanya.
REUTERS
Pilihan Editor: Komedian di Cina Diputus Kontrak karena Dianggap Menghina Militer