TEMPO.CO, Jakarta - Perseteruan antara Gubernur Florida Ron DeSantis dan Walt Disney Co makin panas. Kabar terbaru, Walt Disney Co membatalkan rencana untuk membangun kampus perusahaan senilai hampir US$ 1 miliar di Florida tengah yang akan menampung 2.000 karyawan, menurut email kepada karyawan, Kamis, 18 Mei 2023.
Kepala taman-taman bermain Disney Josh D'Amaro mengatakan "perubahan kondisi bisnis" mendorong Disney untuk mempertimbangkan kembali rencana 2021 untuk merelokasi karyawan, termasuk Imagineers yang merancang wahana taman hiburan, ke kampus baru di Danau Nona.
Menurut Orlando Sentinel, perusahaan diperkirakan akan menghabiskan sebanyak US$864 juta untuk proyek di kampus yang akan berfungsi sebagai basis untuk Walt Disney Imagineering dan divisi Disney Parks, Experiences and Products itu.
Keputusan Disney untuk memindahkan staf Imagineering yang berpusat di California menimbulkan keluhan dari karyawan, banyak di antaranya mengatakan mereka tidak ingin pindah ke Florida.
"Mengingat banyak perubahan yang terjadi sejak pengumuman proyek ini, termasuk kepemimpinan baru dan perubahan kondisi bisnis, kami memutuskan untuk tidak melanjutkan pembangunan kampus," tulis D'Amaro. "Ini bukan keputusan yang mudah untuk dibuat, tapi saya percaya ini adalah keputusan yang tepat."
Seminggu yang lalu, CEO Disney Bob Iger secara terbuka mempertanyakan minat Florida pada investasi lanjutan perusahaan di negara bagian tersebut. Dalam telepon dengan investor untuk membahas hasil kuartalan, dia mencatat bahwa Disney mempekerjakan lebih dari 75.000 orang di Florida, menarik jutaan pengunjung setiap tahun ke Walt Disney World dan memiliki rencana untuk menginvestasikan $17 miliar untuk memperluas resor selama dekade berikutnya.
“Apakah negara bagian ingin kami berinvestasi lebih banyak, mempekerjakan orang lebih banyak, dan membayar pajak lebih banyak, atau tidak?” Iger bertanya.
Sekretaris pers DeSantis, Jeremy T. Redfern, menulis bahwa meskipun Disney mengumumkan kemungkinan kampus Danau Nona, hampir dua tahun lalu, “tidak ada yang terjadi dengan proyek itu, dan negara bagian tidak yakin apakah itu akan membuahkan hasil.
Redfern menulis bahwa mengingat posisi keuangan perusahaan, "tidak mengherankan jika mereka merestrukturisasi operasi bisnis mereka dan membatalkan usaha yang gagal."