TEMPO.CO, Jakarta - Partai oposisi utama Turki mengatakan pada Rabu 17 Mei 2023 bahwa pihaknya telah mengajukan pengaduan atas dugaan penyimpangan di ribuan kotak suara, dalam pemilihan penting pada Minggu, di mana Presiden Tayyip Erdogan tampil lebih baik dari yang diprediksi lembaga survei.
Muharrem Erkek, wakil ketua Partai Rakyat Republik (CHP) kepada Reuters, mengatakan ketidakberesan di setiap kotak suara berkisar dari satu suara yang dihitung salah hingga ratusan suara.
Dia mengatakan CHP secara resmi mengajukan keberatan atas 2.269 kotak suara nasional untuk pemilihan presiden dan 4.825 untuk pemilihan parlemen yang juga berlangsung pada Minggu.
“Kami mengikuti setiap suara, bahkan jika itu tidak mengubah hasil keseluruhan,” kata Erkek kepada wartawan di Ankara.
Ada total 201.807 kotak suara yang disiapkan untuk pemilihan, di Turki dan luar negeri, kata Erkek.
Partai AK pimpinan Erdogan dan sekutu nasionalisnya yang berkuasa mengejutkan publik dengan memenangkan mayoritas yang kuat di parlemen, meski mereka kalah dalam jajak pendapat sebelum pemilu.
Dalam pemilihan presiden, Erdogan menuju putaran kedua pada 28 Mei melawan penantangnya, Kemal Kilicdaroglu, setelah keduanya hanya mengumpulkan suara di bawah ambang batas 50% yang diperlukan untuk menang langsung di putaran pertama.
Kilicdaroglu, ketua CHP, mengumpulkan 44,9% suara dalam apa yang dilihat sebagai tantangan elektoral terbesar bagi pemerintahan Erdogan yang telah berkuasa selama 20 tahun. Kandidat ketiga, Sinan Ogan memperoleh 5,17%.
Tenggat waktu untuk menantang hasil pemilihan presiden berakhir pada Senin, sedangkan untuk pemungutan suara parlemen berakhir pada Selasa, kata Erkek, menambahkan bahwa CHP telah mengajukan semua bandingnya dalam jangka waktu tersebut.
Aliansi oposisi yang mencakup CHP telah mengimbau pemilih muda, khususnya, untuk mendukung Kilicdaroglu dalam putaran kedua, dengan mengatakan bahwa putaran pertama menunjukkan bahwa Erdogan telah kehilangan mosi kepercayaan yang dia cari.
Erdogan, sekarang dalam posisi terdepan, mengatakan hanya dia yang dapat memastikan stabilitas di Turki, negara anggota NATO, yang bergulat dengan krisis biaya hidup, melonjaknya inflasi dan dampak gempa bumi yang menghancurkan pada Februari lalu.
Pilihan Editor: Rusia: Siapa Pun Pemenang Pemilu, Kerja Sama dengan Turki Tetap Berlanjut
REUTERS