TEMPO.CO, Jakarta - Jutaan penduduk Turki siap untuk memberikan suara mereka dalam pemilihan presiden dan parlemen alias pemilu pada 14 Mei 2023 mendatang. Menurut para pengamat, pemilu Turki tahun ini akan menjadi ujian terberat bagi Presiden Recep Tayyip Erdogan selama 20 tahun menjabat sebagai pemimpin negara.
Keterpurukan ekonomi Turki telah memukul telak Erdogan, sementara para pesaingnya memanfaatkan itu sebagai bahan kampanye menuju perbaikan. Namun, Erdogan bersama Partai Keadilan dan Pembangunan (Partai AK) masih memiliki dukungan kuat dari sebagian besar kaum nasionalis dan konservatif agama yang menganggap kemenangan oposisi akan mengembalikan era di mana mereka merasa tertindas.
Berikut rangkuman dari hal-hal yang perlu diketahui tentang pemilu Turki 2023.
Kapan Pemilu Turki Dilaksanakan?
Pemilihan presiden dan parlemen diadakan secara bersamaan setiap lima tahun. Awalnya, pemilu dijadwalkan pada 18 Juni 2023, tetapi kemudian maju ke 14 Mei 2023.
Pemilu Turki 2023 akan melibatkan setidaknya 64 juta suara pemilih (warga negara berusia 18 tahun ke atas).
Bagaimana Sistem Pemilu Turki?
Pada Juli 2018, Turki beralih dari sistem parlementer ke sistem presidensial. Dalam sistem baru ini, warga negara yang termasuk dalam daftar pemilih tetap akan memilih presiden secara langsung, sedangkan peran perdana menteri dihapuskan.
Seorang kandidat membutuhkan lebih dari setengah total suara untuk menang. Jika tidak ada yang mencapai angka 50 persen, dua kandidat teratas akan saling berhadapan dalam pemungutan suara putaran kedua di dua minggu kemudian.
Sebanyak 600 anggota Grand National Assembly, sebutan bagi parlemen Turki, juga akan dipilih melalui sistem perwakilan proporsional di mana pemilih mencoblos daftar partai.
Kandidat Presiden Turki dan Apa yang Mereka Janjikan
- Recep Tayyip Erdogan (69)
Sang petahana mencalonkan diri untuk Aliansi Rakyat, koalisi Partai AK dan beberapa partai sayap kanan. Selama 20 tahun pemerintahannya, Erdogan adalah perdana menteri selama 11 tahun dan mulai menjadi presiden pada 2014.
Ia memimpin transformasi ekonomi dan kelembagaan Turki pada 2000-an dan awal 2010-an. Hal ini membuat Erdogan mendapat banyak niat baik dari para pendukung yang mengatakan bahwa kehidupan mereka telah meningkat. Ia juga dipandang telah memperkuat Turki di panggung internasional dengan menumbuhkan pengaruh negara.
Akan tetapi, kesulitan ekonomi Turki selama 18 bulan terakhir telah mengikis popularitas Erdogan. Ia dituduh menindak kelompok oposisi walau pihak pendukung pemerintah mengatakan langkah itu diperlukan sebagai upaya kudeta 2016 dari ancaman “teroris”.
Janji-janji Erdogan pada pemilu tahun ini mencakup kelanjutan sistem presidensial, suku bunga rendah, dan Turki yang kuat dan mandiri dengan pengaruh di seluruh wilayah yang lebih luas.
- Kemal Kilicdaroglu (74)
Kilicdaroglu adalah saingan utama Erdogan dan kandidat dari enam partai oposisi Aliansi Bangsa. Ia mendefinisikan dirinya sebagai seorang “demokrat” dan dikenal dengan retorika antikorupsi. Namun, Kilicdaroglu dituduh terlalu dekat dengan Barat oleh para pencela.
Ia telah memimpin Partai Rakyat Republik (CHP) kiri-tengah selama lebih dari satu dekade kekalahan pemilu. Kritikus mengatakan bahwa sederet kekalahan pemilu itu menunjukkan bahwa Kilicdaroglu tidak cukup kuat untuk mengalahkan Erdogan dan memimpin Turki. Seorang anggota terkemuka dari aliansinya sendiri—Ketua Partai Nasionalis, Iyi Meral Aksener—awalnya menolak pencalonan Kilicdaroglu pada Maret 2023.
Sebelum berpolitik, Kilicdaroglu adalah spesialis kementerian keuangan dan memimpin Lembaga Asuransi Sosial Turki hampir sepanjang 1990-an. Janjinya dalam pemilu kali ini adalah kembali ke sistem parlementer yang kuat, menyelesaikan masalah Kurdi, mengirim pengungsi Suriah kembali ke rumah, dan bergerak lebih dekat dengan Uni Eropa dan Amerika Serikat.
- Muharrem Ince (59)
Ince adalah kandidat Partai Tanah Air, satu-satunya pesaing tanpa aliansi yang mendukungnya, yang mengecap gerakannya sebagai “jalan ketiga”. Akan tetapi, baru-baru ini, ia menarik diri dari pencalonan sebagai bentuk dorongan potensial untuk saingan utama Erdogan.
- Sinan Ogan (55)
Ogan merupakan kandidat Aliansi Leluhur (ATA) nasionalis dari tiga partai. Ia memiliki latar belakang pengembangan akademik dan keuangan internasional. Ogan adalah mantan anggota Partai Gerakan Nasionalis (MHP), sekutu Partai AK pimpinan Erdogan.
Sebagai mantat kandidat MHP, ia pernah terpilih sebagai Deputi Igdir (sebuah kota di Turki Timur) pada 2011 dan dikeluarkan dari partai pada 2015 karena oposisi internal. Ogan dituduh memiliki kebijakan xenofobia dan sayap kanan, terutama terkait pengungsi Suriah.
Janji utama kandidat satu ini antara lain mengirim kembali para pengungsi ke negara asal mereka dan mendukung persatuan wilayah-wilayah Turki.
Apa Isu Utama pada Pemilu Turki 2023?
- Ekonomi
Pemotongan suku bunga memicu krisis mata uang pada akhir 2021. Inflasi mencapai puncak dalam 24 tahun terakhir sebesar 85,51 persen tahun lalu. Namun, para pendukung Erdogan mengatakan bahwa sang petahana telah merevolusi ekonomi Turki, membangun infrastruktur, dan mengembangkan wilayah yang secara tradisional diabaikan oleh pemerintah pusat Turki.
- Gempa Bumi
Dua gempa besar yang melanda Turki Tenggara pada 6 Februari 2023 menyebabkan lebih dari 50.000 orang tewas dan kehancuran yang meluas. Rekonstruksi diperkirakan menelan biaya miliaran dolar. Sebanyak 14 juta penduduk, sekitar 16 persen dari total populasi, terdampak gempa Bumi ini.
- Pelarian Sumber Daya Manusia
Semakin banyak orang yang berpendidikan dan berketerampilan tinggi meninggalkan Turki karena masalah politik dan ekonomi. Menurut Lembaga Statistik Turki, 286.000 orang berusia 20–29 tahun telah meninggalkan negara tersebut pada 2019–2021.
- Nilai dan Identitas
Sebagai perdana menteri, Erdogan mencabut aturan yang melarang perempuan berjilbab untuk bekerja di sektor publik pada 2013. Langkah itu dipuji oleh banyak orang sebagai bentuk validasi dan ketaatan beragama bagi para Muslim Turki.
CHP sebelumnya pernah mendukung larangan jilbab. Jika Erdogan kalah dalam pemilu ini, larangan itu bisa kembali berlaku dengan segala penghapusan identitas yang mewakili sebagai bagian dari tindakan lain yang akan mengancam nilai-nilai basis pendukung Partai AK.
- Demokrasi
Para pencela Erdogan menuduh dirinya telah menyebabkan kemunduran demokrasi di Turki, terutama setelah upaya kudeta yang gagal pada 2016 dan ditangkapnya ribuan orang. Kritikus juga mengatakan bahwa kebebasan pers telah memburuk di mana 90 persen dari seluruh media Turki berada di bawah kendali pemerintah Erdogan dan pengusaha terdekatnya.
- Pengungsi
Sentimen anti-pengungsi meningkat dengan meningkatnya laporan kekerasan, pelecehan, dan kejahatan antara komunitas Suriah dan Turki. Sekitar 3,7 juta dari total 5,5 juta orang asing di Turki adalah pengungsi Suriah. Pemerintahan Erdogan telah dipuji secara internasional atas kebijakan pengungsinya, tetapi kandidat oposisi mempermainkan masalah permusuhan yang meningkat.
Pilihan editor: Turki hingga Mesir Kompak Tolak Permintaan Amerika, Ada Hubungan dengan Rusia?
NIA HEPPY | SYAHDI MUHARRAM