TEMPO.CO, Jakarta - Topan Mocha dahsyat meluncur mendekati pantai timur Bangladesh dan Myanmar pada Sabtu, 13 Mei 2023. Akibatnya satu juta pengungsi Rohingya dan lainnya yang tinggal di daerah dataran rendah terancam.
Ribuan orang di Bangladesh dan Myanmar telah mengungsi ke daerah yang lebih aman menjelang badai. Topan Mocha kemungkinan akan meningkat lebih jauh dan menerjang wilayah Cox's Bazar yang terletak di perbatasan kedua negara pada Minggu, 14 Mei 2023, menurut Departemen Meteorologi Bangladesh dalam sebuah buletin.
Cox's Bazar, sebuah distrik perbatasan tenggara, adalah tempat tinggal lebih dari satu juta pengungsi Rohingya. Kebanyakan mereka telah melarikan diri dari penumpasan yang dipimpin militer di Myanmar pada 2017.
Topan Mocha dikategorikan sebagai badai siklon yang sangat parah yang dapat melepaskan gelombang laut hingga 12 kaki (3,66 meter). Mocha diperkirakan akan melanda negara bagian Rakhine Myanmar dan wilayah barat laut, di mana enam juta orang membutuhkan bantuan kemanusiaan dan 1,2 juta orang mengungsi, menurut kantor kemanusiaan PBB.
Sejak junta merebut kekuasaan dua tahun lalu, Myanmar terjerumus ke dalam kekacauan dan gerakan perlawanan memerangi militer di berbagai bidang setelah tindakan keras berdarah terhadap pengunjuk rasa. Belum ada komentar resmi dari junta Myanmar.
Di Bangladesh, Mohammad Shamsud Douza, seorang pejabat pemerintah yang bertanggung jawab atas pengungsi, mengatakan berfokus untuk menyelamatkan nyawa penduduk."Orang yang berisiko tanah longsor akan dievakuasi," katanya.
Ribuan pekerja masyarakat dan relawan telah dikerahkan, bersama petugas medis dan penyelamat. Di luar kamp pengungsi, sedikitnya 5.000 orang telah pindah ke tempat perlindungan. Pihak berwenang telah mengatur untuk mengevakuasi 500.000 orang dari jalur badai, kata Netai Chandra Dey Sarker dari Departemen Manajemen Bencana Bangladesh.
Di Myanmar, Program Pangan Dunia mengatakan sedang menyiapkan makanan dan pasokan bantuan yang dapat membantu lebih dari 400.000 orang di Rakhine dan sekitarnya selama sebulan. Setidaknya 10.000 orang telah meninggalkan rumah mereka di negara bagian Rakhine Myanmar untuk mencari daerah yang lebih aman.
"Semua orang berusaha meninggalkan kota sejak kemarin sore," kata seorang warga berusia 20 tahun di ibu kota Rakhine, Sittwe, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya. "Tidak banyak orang yang tersisa di jalan saya, hanya keluarga saya."
REUTERS