Perdebatan Berlanjut
Rebelo de Sousa telah memveto RUU ini sebelumnya karena "konsep yang terlalu tidak terdefinisi" dan kemudian mengatakan bahwa bahasa yang digunakan untuk menggambarkan kondisi terminal tetap kontradiktif dan perlu diklarifikasi.
Versi baru undang-undang tersebut sekarang menyatakan bahwa eutanasia hanya diizinkan dalam kasus di mana "bunuh diri dengan bantuan medis tidak mungkin dilakukan karena pasien cacat fisik".
Rebelo de Sousa telah meminta anggota parlemen untuk menentukan siapa yang akan "membuktikan" apakah seorang pasien secara fisik tidak mampu melakukan bunuh diri dengan bantuan. Namun, anggota parlemen kali ini menolak untuk mengubah teks tersebut.
Pertanyaan yang diajukan oleh presiden dapat dijawab melalui keputusan pelaksanaan, kata Catarina Martins, pemimpin ultra kiri.
Rebelo de Sousa sendiri mengatakan pengesahan undang-undang itu "bukan drama yang hebat" dan tidak menimbulkan "masalah konstitusional".
Perdebatan tentang kematian dengan bantuan medis masih jauh dari selesai di Portugal.
"Pengadopsian undang-undang ini relatif cepat dibandingkan dengan negara-negara besar lainnya," kata Paulo Santos, anggota kelompok pro-eutanasia Right To Die With Dignity.
Dia memperingatkan sejumlah besar dokter dapat mengajukan keberatan moral untuk melakukan eutanasia, seperti yang telah mereka lakukan terkait aborsi pada 2007. "Ada kemungkinan eutanasia akan menyebabkan perlawanan yang lebih kuat," katanya.
Sementara itu, para pengkritik eutanasia menyesali bahwa masalah tersebut belum dimasukkan ke dalam referendum. Mereka berharap oposisi konservatif akan sekali lagi meminta mahkamah konstitusi untuk meninjau RUU tersebut.
Eutanasia dan bunuh diri dengan bantuan di dunia hanya diperbolehkan di beberapa negara, termasuk negara-negara Benelux dan tetangga Portugal, Spanyol.
Pilihan Editor: Belanda Izinkan Eutanasia untuk Anak-Anak Sakit Parah
FRANCE24