TEMPO.CO, Jakarta - Laporan Committee to Protect Journalists (CPJ) mengungkap Israel tidak bertanggung jawab atas tewasnya 20 wartawan dalam 2 dekade terakhir. Laporan CPJ dipublikasi pada Selasa 9 Mei 2023 sekaligus untuk memperingati setahun tewasnya wartawan Al Jazeera Shireen Abu Akleh di tangan tentara Israel.
Dalam laporan CPJ itu, diperlihatkan sebuah peta dengan 20 titik lokasi, di mana sejumlah wartawan terbunuh di Palestina dan di tempat yang diduduki (Israel) sejak 2001. Total ada tujuh wartawan tewas di Tepi Barat dan 13 orang gugur di Jalur Gaza.
Menurut laporan CPJ, Israel telah mengabaikan bukti dan kesaksian dari para saksi mata dalam sejumlah insiden penembakan dalam 22 tahun terakhir. Tel Aviv membersihkan tentara Israel dari kesalahan saat investigasi berlangsung dan hanya memberikan sedikit sedikit santunan kepada keluarga wartawan yang tewas tersebut.
Setidaknya ada 13 kasus, di mana ditemukan otoritas Israel menolak seperti kesaksian para saksi mata, laporan-laporan independen, ada konflik kepentingan di susunan rantai komando dan merahasiakan hasil investigasi dari publik.
“Hasil (penyelidikan selalu sama), tidak ada yang mau menanggung tanggung jawab,” demikian bunyi laporan CPJ.
Laporan CPJ juga menemukan kalau militer Israel secara konsisten gagal mengakui dan memperlihatkan sikap hormat pada lencana ‘pers’ atau ‘jurnalis’ yang cukup mencolok (yang biasa digunakan saat wartawan bertugas di daerah perang). Sebaliknya, Israel telah menuduh wartawan sebagai teroris tanpa penjelasan lebih lanjut.
Laporan CPJ diterbitkan setahun setelah gugurnya Shireen Abu Akleh, wartawan berdarah Palestina-Amerika, yang bertugas sebagai koresponden Al Jazeera. Shireen Abu Akleh tewas tertembak oleh tentara Israel saat terjadi sebuah penggeledahan militer di Kota Jenin, Tepi Barat.
Sumber: middleeastmonitor.com
Pilihan Editor: AS akan Bantu Wartawan Seluruh Dunia Melawan Ancaman Hukum
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.