TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Pakistan memanggil tentara untuk membantu mengakhiri kerusuhan mematikan setelah penangkapan mantan Perdana Menteri Imran Khan. Setidaknya lima orang tewas dalam kekerasan setelah penangkapan Imran Khan dalam kasus penipuan tanah pada Selasa, 9 Mei 2023.
Imran Khan adalah pemimpin politik paling populer di Pakistan menurut jajak pendapat. Penangkapannya mendorong para pendukung menyerbu gedung-gedung militer dan menggeledah kediaman seorang jenderal angkatan darat di timur kota Lahore.
Menurut pemerintah, bangunan dan aset negara lainnya telah diserang serta dibakar oleh pengunjuk rasa. Pemerintah mengatakan pengerahan tentara berdasarkan permintaan dari dua provinsi Pakistan yaitu Punjab dan Khyber-Pakhtunkhwa serta ibu kota Islamabad untuk memulihkan ketertiban.
Sebelumnya, tentara mengeluarkan pernyataan yang mengatakan mereka telah menahan diri selama kekerasan. Namun serangan terhadap markas militer maupun lembaga penegak hukum, instalasi dan properti negara akan dibalas.
Militer menjanjikan tindakan tegas terhadap mereka yang berusaha mendorong Pakistan menuju perang saudara. Militer juga menyebut serangan terorganisir terhadap instalasinya sebagai "bab hitam" dalam sejarah politik negara itu.
Ketika protes berkecamuk di jalan-jalan, pengadilan Pakistan menyerahkan Imran Khan, 70, ke tahanan badan anti-korupsi Pakistan, selama delapan hari untuk interogasi lebih lanjut. Mantan bintang kriket internasional itu kini ditahan di wisma polisi di Islamabad.
Pengadilan lain mendakwa Imran Khan pada hari Rabu atas tuduhan menjual hadiah negara selama empat tahun berkuasa. Tuduhan itu dilayangkan sehari setelah penangkapannya dalam kasus penipuan lain yang tidak berkaitan.
Polisi menyatakan telah menangkap lebih dari 1.400 pengunjuk rasa karena kekerasan di provinsi asal Khan, Punjab. Murad Saeed, seorang pemimpin senior partai Khan, mengatakan penangkapan Imran Khan adalah penculikan dan ilegal.
Saeed juga membantah bahwa partai Imran Khan berada di balik protes dan kerusuhan yang merusak banyak properti publik dan swasta, termasuk instalasi militer Pakistan, di seluruh negeri.
Pilihan Editor: Profil Edmund Allenby, Orang Yang Memimpin Pasukan Inggris Menyerang Palestina Pada 1917