TEMPO.CO, Jakarta -Perdana Menteri Anwar Ibrahim menyatakan masalah Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang berada di Malaysia tengah diselesaikan secara bertahap, sebab dia menentang dengan keras segala macam praktik perbudakan.
“Ini masih berurutan. Masih ada sesekali kita dengar satu dua kasus. Tapi dari segi tindakan kita tegas,” kata Anwar saat wawancara eksklusif dengan Tempo di Labuan Bajo untuk KTT ASEAN, Selasa, 9 Mei 2023.
Baca Juga:
Saat mengunjungi Indonesia pada Januari lalu, Anwar menjanjikan akan segera membereskan masalah PMI di Malaysia. Malaysia merupakan salah satu negara dengan pekerja migran Indonesia terbanyak, menurut data Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia jumlahnya 43.163 pada 2022.
Dalam wawancara Selasa, Anwar mengatakan dia telah mendorong program pemutihan atau rekalibrasi menyeluruh bagi pekerja migran Indonesia yang masuk ke Malaysia secara ilegal.
“Saya ingat sekitar 400 ribu sudah didaftar,” katanya, dengan menambahkan upayanya ini termasuk penerapan One Channel System (OCS) atau mekanisme digital terintegrasi bagi perekrutan dan penempatan pekerja migran yang disepakati kedua negara.
“Yes. Itu yang datang. Tapi kita beri kelonggaran dia bikin daftar. Untuk percepatan dulu saya bikin arahan supaya semua kantor imigrasi ini dibuka tujuh hari seminggu hanya untuk mempermudah proses ini,” kata Anwar.
Presiden RI Joko Widodo saat melakukan pertemuan bilateral dengan Anwar pada Selasa, 9 Mei 2023, juga mendorong soal optimalisasi OCS. Jokowi memberi perhatian pada perlindungan pekerja migran di Malaysia.
Duta Besar RI untuk Malaysia Hermono mengatakan belum melihat sistem OCS itu berjalan optimal di Negeri Jiran. “Kita punya bukti Imigrasi Malaysia masih memberikan visa kerja yg melanggar MoU (tidak melalui OCS),” katanya melalui pesan singkat kepada Tempo, Rabu, 10 Mei 2023, tanpa memberikan elaborasi.
Direktur Perlindungan WNI dan BHI Kementerian Luar Negeri Judha Nugraha mengatakan, tantangan besar yang dihadapi kedua negara adalah keberadaan WNI pekerja migran berstatus undocumented. “Perlu kerja sama kedua negara yang erat untuk mengelola, push and pull factors,” katanya saat dihubungi Tempo, Rabu, 10 Mei 2023.
Saat ditanya mengenai peluang baru dengan Indonesia, Anwar mengatakan, dia masih memikirkan potensi peningkatan kerja sama bilateral yang ada karena ruang yang tersedia terlalu luas. Dari bidang ekonomi Indonesia dan Malaysia punya hubungan business to business yang baik.
Sementara dari aspek kebudayaan, Anwar memberi perhatian lebih pada tradisi sastra, pendidikan dan budaya itu sendiri sebab minat kedua negara memiliki banyak kesamaan.
Pilihan Editor: Eksklusif: PM Malaysia Anwar Ibrahim Desak ASEAN Lebih Tegas Menanggapi Serangan di Myanmar
DANIEL A. FAJRI