TEMPO.CO, Jakarta - Pemimpin Gereja Katolik Paus Fransiskus menyatakan pelaku pelecehan seksual adalah musuh menjijikkan. Mereka pantas dikutuk dan dihukum namun juga pantas dikasihi karena mereka juga anak-anak Tuhan. Pernyataan ini diterbitkan oleh jurnal Jesuit Italia Civilta Catolica berdasarkan komentar Paus Fransiskus saat dia mengunjungi Hungaria pada 29 April lalu.
Skandal pelecehan telah merusak reputasi Gereja Katolik dan menjadi tantangan besar bagi Paus Fransiskus. Selama 10 tahun terakhir, serangkaian tindakan telah diterbitkan untuk membuat hierarki gereja lebih bertanggung jawab.
Selama kunjungan Paus Fransiskus ke Hungaria, seorang anggota ordo religius Yesuit bertanya bagaimana mengikuti perintah Yesus untuk mengasihi musuh ketika musuh adalah pelaku pelecehan seksual. “Bagaimana kita mendekati, berbicara dengan pelaku yang membuat kita jijik? Mereka juga adalah anak-anak Tuhan. Tapi bagaimana Anda bisa mencintai mereka? Itu pertanyaan yang kuat,” ujar Paus Fransiskus.
“Pelaku memang harus dikutuk, tetapi sebagai saudara,” kata Fransiskus. Ia menyebutnya sebagai suatu bentuk mencintai musuh. Paus Fransiskus mengakui bahwa sikap seperti itu sulit untuk dijalani karena efek yang ditimbulkan pelaku terhadap kehidupan orang lain.
“Pelaku adalah musuh. Kita masing-masing merasakan karena berempati dengan penderitaan orang yang dilecehkan, bahkan berbicara dengan pelaku melibatkan rasa jijik. Ini tidak mudah. Tapi mereka juga anak Tuhan. Mereka layak dihukum, tetapi mereka juga layak mendapatkan pelayanan pastoral,” katanya.
Skandal pelecehan seksual di gereja katolik terungkap satu demi satu. Dalam 70 tahun terakhir, sedikitnya 4.800 orang kemungkinan telah menjadi korban pelecehan seksual anak di Gereja Katolik Portugis. Temuan ini diungkap oleh para ahli yang menyelidiki kasus pelecehan di sebuah gereja pada Februari 2023. Sebanyak 512 korban telah buka suara soal kisah yang menimpa mereka.
Pekan lalu Paus Fransiskus memuji kerja komisi Vatikan internasional tentang pencegahan pelecehan seksual. Ia mendorong komisi untuk bergerak maju, menyusul pengunduran diri seorang anggota terkenal yang menuduhnya kurang transparan.
AL ARABIYA
Pilihan Editor: ASEAN Manut ke Jokowi, Serangan di Myanmar Dikecam