TEMPO.CO, Jakarta - Dalam salah satu latihan militer terbesar di Swiss dalam lebih dari tiga dekade, tentara berlatih memukul mundur musuh fiktif, melemparkan granat dan menembakkan peluru tajam saat mereka memamerkan kemampuan pertahanan diri yang mendefinisikan “kenetralan angkatan bersenjata” mereka. Demikian dilansir Reuters, Selasa, 9 Mei 2023.
Latihan, yang melibatkan 4.000 tentara dan tersebar di empat wilayah selama sembilan hari, berlangsung saat peran negara itu dalam pertahanan Eropa menjadi fokus di tengah seruan untuk membantu Ukraina dalam memerangi invasi Rusia.
Di lapangan tembak Les Pradieres Kamis lalu, sekelompok tentara infanteri - kebanyakan warga sipil mengambil bagian dalam dinas militer reguler mereka – perlahan-lahan naik ke atas bukit, menggunakan granat asap untuk menyembunyikan gerakan mereka sebelum berjongkok untuk menembak sasaran.
Latihan LUX 23, yang direncanakan sejak 2021, awalnya tidak diselenggarakan sebagai tanggapan atas invasi Rusia ke Ukraina pada Februari tahun lalu, tetapi militer Swiss mengatakan latihan itu menjadi lebih relevan.
"Keinginan mitra kami dan pemahaman penduduk mengenai latihan semacam ini telah banyak berubah," Mathias Tuscher, komandan Divisi Teritorial 1 Swiss.
"Ini, tentu saja, terkait langsung [dengan perang Ukraina]."
Tekanan publik dan internasional telah berkembang bagi Swiss untuk mengakhiri larangan ekspor senjata ke zona perang, tetapi beberapa faksi politik khawatir ini akan menandai akhir dari tradisi netralitas kebijakan luar negerinya.
"Kami memahami bahwa orang mencampuradukkan kebutuhan untuk mendukung negara yang diserang dan kebutuhan untuk mempertahankan tempat dari para penyerang, ketika ditakdirkan semacam itu, untuk datang berbicara dan mencari solusi," kata Mauro Poggia, anggota dewan negara bagian yang bertanggung jawab atas Departemen Keamanan, Kependudukan dan Kesehatan wilayah Jenewa.
"Tidak ada yang lebih buruk daripada menutup pintu...Swiss harus menjadi pintu keluar yang selalu ada. Pintu ini harus dilindungi."
REUTERS
Pilihan Editor: Parlemen Australia Minta Julian Assange Dibebaskan