TEMPO.CO, Jakarta - Amerika Serikat berencana mengumumkan paket bantuan militer baru senilai US$ 1,2 miliar atau setara Rp 17,7 triliun untuk Ukraina. Menurut seorang pejabat AS, bantuan itu akan mencakup sistem pertahanan udara, amunisi dan dana untuk pelatihan.
Ukraina akan menerima amunisi Howitzer 155 mm, amunisi kontra-drone, dan pendanaan untuk citra satelit serta berbagai jenis pelatihan, menurut pejabat tersebut. Paket itu dibayar dari pendanaan Prakarsa Bantuan Keamanan Ukraina (USAI) yang memungkinkan pemerintahan Presiden Joe Biden membeli senjata dari industri dibandingkan menggunakan stok senjata AS.
Bantuan militer itu dikucurkan ketika Kongres dan Gedung Putih memperdebatkan cara untuk menghindari gagal bayar utang negara. Banyak anggota Partai Republik menuntut pemotongan tajam dalam pengeluaran domestik sebagai imbalan untuk mengangkat batas utang. Namun, anggota dari kedua belah pihak bersikeras mereka mendukung bantuan lanjutan untuk Ukraina termasuk Ketua DPR dari Partai Republik Kevin McCarthy dan Mitch McConnell.
Pada Februari lalu, AS menyatakan telah menyiapkan bantuan militer senilai lebih dari US$ 2 miliar atau setara Rp 30 triliun untuk Ukraina. Paket bantuan itu diperkirakan mencakup roket jarak jauh untuk pertama kalinya serta amunisi dan senjata lainnya. Menurut dua pejabat AS, bantuan itu mencakup pula peralatan pendukung untuk sistem pertahanan udara Patriot, amunisi berpemandu presisi dan senjata anti-tank Javelin.
Dana USAI akan digunakan untuk membeli senjata baru, Ground Launched Small Diameter Bomb (GLSDB) buatan Boeing Co (BA.N) yang memiliki jangkauan 150 kilometer. Amerika Serikat telah menolak permintaan Ukraina untuk rudal ATACMS dengan jangkauan 297 kilometer.
REUTERS
Pilihan Editor: Israel Serang Jalur Gaza, 12 Orang Tewas Termasuk Komandan Jihad Islam Palestina