TEMPO.CO, Jakarta - Jumlah korban tewas akibat banjir yang melanda dua desa di Kalehe, Republik Demokratik Kongo, pekan lalu telah bertambah menjadi 401 orang. Gubernur Provinsi Kivu Selatan pada Senin 8 Mei 2023 mengatakan pemerintah telah mengirimkan delegasi ke Kalehe dan menetapkan hari itu sebagai hari berkabung nasional.
Hujan deras Kamis lalu di wilayah tersebut menyebabkan sungai-sungai meluap dan merendam Desa Bushushu dan Desa Nyamukubi. Sedikitnya 176 orang dilaporkan tewas pada Jumat dan banyak lagi yang belum ditemukan.
Hujan lebat menghancurkan bangunan dan memaksa pekerja bantuan untuk menumpuk mayat-mayat warga yang berlumuran lumpur.
Para penyintas yang tampak kurus berdiri di luar gudang kayu tempat pekerja Palang Merah dengan pakaian biru menempatkan tubuh di atas satu sama lain. Banyak yang kehilangan pakaian dan berlumuran tanah.
"Orang-orang tidur di tempat terbuka, sekolah dan rumah sakit tersapu bersih," kata Kasole Martin, seorang warga setempat.
Seorang dokter di rumah sakit utama wilayah Kalehe, Robert Masamba, mengatakan korban yang selamat telah berdatangan sejak Kamis malam. "Saya dan tim saya belum tidur. Kami menerima 56 pasien, 80 persen di antaranya mengalami patah tulang," ujarnya.
Banjir dan tanah longsor tidak jarang terjadi di South Kivu, yang berbatasan dengan Rwanda. Hujan lebat juga memicu banjir dan tanah longsor di Rwanda pekan ini, menewaskan 130 orang dan menghancurkan lebih dari 5.000 rumah.
Insiden terakhir dengan skala serupa di Kongo terjadi pada Oktober 2014, ketika hujan deras menghancurkan lebih dari 700 rumah. Lebih dari 130 orang dilaporkan hilang pada saat itu, menurut PBB.
Pilihan Editor: Hujan Deras dan Banjir Rwanda, Sedikitnya 95 Orang Tewas
REUTERS