TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Amerika Serikat Joe Biden pada Minggu mendesak Kongres AS untuk meloloskan rancangan undang-undang (RUU) yang melarang senjata serbu. Desakan ini muncul setelah penembakan massal terjadi di sebuah mal di Texas dan menewaskan sembilan orang.
"Sekali lagi, Kongres harus mengirimi saya RUU yang melarang senjata serbu dan senjata berkapasitas tinggi. Memberlakukan pemeriksaan latar belakang universal. Mensyaratkan penyimpanan yang aman. Mengakhiri kekebalan untuk produsen senjata. Saya akan langsung menandatanganinya. Kita membutuhkan tidak kurang dari itu untuk menjaga keamanan," kata Biden di Twitter.
Namun, hanya sedikit kemungkinan DPR dan Senat AS yang terbagi antara Demokrat dan Republik akan meloloskan undang-undang semacam itu. Meskipun jajak pendapat menunjukkan kebanyakan orang di Amerika Serikat mendukung pemeriksaan latar belakang.
Pada Sabtu, sebanyak 8 orang tewas dalam penembakan di sebuah mal di kota Allen, Texas, sekitar 48 kilometer dari utara Dallas. Pelaku bersenjata kemudian tewas di tembak oleh seorang petugas di mal.
Biden, yang telah mengajukan permohonan serupa sebelumnya, mengatakan penyerang di mal Allen Premium Outlets di Allen, pinggiran utara Dallas, mengenakan perlengkapan taktis dan dipersenjatai dengan senjata serbu gaya AR-15.
“Terlalu banyak keluarga yang memiliki kursi kosong di meja makan mereka,” lanjutnya. “Anggota Kongres dari Partai Republik tidak dapat terus menghadapi epidemi ini dengan mengangkat bahu. Pikiran dan doa yang di-tweet tidak cukup.”
"Serangan seperti itu terlalu mengejutkan untuk menjadi hal yang lazim. Kita membutuhkan lebih banyak tindakan, lebih cepat untuk menyelamatkan nyawa," ujar Biden.
Penembakan terjadi di Allen Premium Outlets pada pukul 15:36 waktu setempat. Seorang petugas mal segera menanggapi tempat kejadian dan membunuh tersangka, kata Kepala Polisi Allen Brian Harvey.
Menurut sejumlah pejabat setempat, setidaknya tujuh korban lainnya berusia antara 5 hingga 61 tahun dirawat di rumah sakit karena luka-luka. Tiga di antara mereka dalam kondisi kritis, sedangkan empat lainnya dalam keadaan stabil.
Penembakan massal telah menjadi hal biasa di AS, dengan setidaknya 199 kasus sejauh ini pada 2023, paling banyak pada saat ini dalam setahun sejak setidaknya 2016, menurut Arsip Kekerasan Senjata.
Kelompok nirlaba itu mendefinisikan penembakan massal sebagai mana saja di mana empat orang atau lebih terluka atau terbunuh, tidak termasuk penembaknya.
Tragedi di Allen, yang terjadi lebih dari seminggu setelah penembakan mematikan lainnya di Kota Texas Cleveland, menyalakan kembali perdebatan sengit tentang pengendalian senjata di AS.
Amandemen Kedua Konstitusi AS melindungi hak untuk memiliki senjata, dan masalah itu menjadi topik hangat bagi banyak Republikan, yang didukung oleh jutaan donasi dari kelompok dan produsen hak senjata.
Pilihan Editor: Penembakan Massal Terjadi Lagi di AS, 8 Tewas Termasuk Anak-anak
AL JAZEERA