TEMPO.CO, Jakarta - Israel membekukan sekitar 190 akun di bursa mata uang kripto Binance sejak 2021, termasuk dua yang dikatakan terkait dengan Negara Islam dan lusinan lainnya yang disebut dimiliki oleh perusahaan Palestina yang terhubung dengan kelompok Islam Hamas.
Biro Nasional Israel untuk Pendanaan Teror (NBCTF) pada 12 Januari 2023 membekukan dua akun Binance dan isinya, salah satu dokumen di situs web NBCTF menunjukkan. Penyitaan itu untuk "menggagalkan aktivitas" ISIS dan "merusak kemampuannya untuk mencapai tujuannya," kata NBCTF di situs webnya, Kamis, 4 Mei 2023.
Dokumen NBCTF, yang belum pernah dilaporkan sebelumnya, tidak memberikan perincian tentang nilai crypto yang disita, atau bagaimana akun tersebut terhubung ke Negara Islam.
Binance, pertukaran kripto terbesar di dunia berdasarkan volume perdagangan, belum mengeluarkan komentar
Di bawah hukum Israel, menteri pertahanan negara itu dapat memerintahkan penyitaan aset yang dianggap terkait dengan terorisme.
Baca juga:
Regulator global telah lama menyerukan kontrol yang lebih ketat pada pertukaran kripto untuk mencegah aktivitas ilegal, mulai dari pencucian uang hingga pendanaan terorisme. Penyitaan oleh NBCTF Israel menyoroti bagaimana pemerintah menargetkan perusahaan kripto dalam upaya mereka mencegah aktivitas ilegal.
Binance, didirikan pada 2017 oleh Changpeng Zhao, mengatakan di situs webnya meninjau permintaan informasi dari pemerintah dan lembaga penegak hukum berdasarkan kasus per kasus, mengungkapkan informasi sebagaimana diwajibkan secara hukum.
Binance juga mengatakan memeriksa pengguna untuk koneksi ke terorisme dan telah "terus menginvestasikan sumber daya yang luar biasa untuk meningkatkan program kepatuhannya," katanya kepada senator AS pada bulan Maret sebagai tanggapan atas permintaan mereka untuk informasi tentang kepatuhan peraturan dan keuangan Binance.
Negara Islam atau ISIS muncul di Suriah setelah perang saudara Irak. Pada puncaknya tahun 2014, mereka menguasai sepertiga Irak dan Suriah, sebelum dipukul mundur. Sekarang militan Negara Islam terus mengobarkan serangan pemberontakan.
Departemen Keuangan AS mengatakan dalam sebuah laporan tahun lalu bahwa ISIS telah menerima donasi kripto yang kemudian dikonversi menjadi uang tunai, mengakses dana melalui platform perdagangan crypto. Departemen Keuangan tidak menentukan platform mana dan menolak berkomentar untuk artikel ini.
Pemilik dua akun Binance terkait ISIS yang disita oleh Israel adalah seorang warga Palestina berusia 28 tahun bernama Osama Abuobayda, menurut dokumen NBCTF. Abuoyada tidak menanggapi permintaan komentar melalui alamat email dan nomor telepon yang tercantum dalam dokumen NBCTF.
Dalam serangkaian investigasi tahun lalu, Reuters melaporkan bahwa Binance dengan sengaja mempertahankan kontrol anti pencucian uang yang lemah. Sejak 2017, Binance memproses lebih dari $10 miliar pembayaran untuk penjahat dan perusahaan yang ingin menghindari sanksi AS. Binance membantah artikel tersebut, menyebut perhitungan dana terlarang tidak akurat dan deskripsi kontrol kepatuhannya "ketinggalan zaman".
Dua pria yang dicurigai oleh Jerman membantu seorang pria bersenjata membunuh empat orang di Wina pada tahun 2020 menggunakan Binance, kata sebuah surat dari polisi Jerman kepada perusahaan tersebut. Negara Islam kemudian mengaku bertanggung jawab atas serangan itu.
Binance berbagi informasi dengan polisi tentang klien, kata perwakilan hukumnya tahun lalu.
Hampir semua dari 189 akun Binance yang disita oleh Israel sejak Desember 2021 dimiliki oleh tiga perusahaan pertukaran mata uang Palestina, dokumen NBCTF menunjukkan.
Ketiganya ditunjuk oleh Israel sebagai "organisasi teroris," menurut daftar di situs web NBCTF, atas dugaan keterlibatan mereka dalam transfer dana oleh Hamas, yang menguasai wilayah Palestina di Gaza.
Bulan lalu, NBCTF mengatakan dalam sebuah dokumen bahwa pihaknya telah menyita kripto senilai lebih dari 500.000 shekel ($137.870) dari lebih 80 akun Binance milik tiga perusahaan yang berbasis di Gaza, Al Mutahadun For Exchange, Dubai Company for Exchange, dan Al Wefaq Co. For Exchange .
Akun-akun itu adalah milik "organisasi teroris" atau digunakan untuk "kejahatan teror yang parah," kata dokumen itu, tanpa menjelaskan lebih lanjut. Outlet media lokal di Israel sebelumnya melaporkan penyitaan April.
Seseorang dengan pengetahuan langsung tentang Al Mutahadun mengatakan badan itu tidak bekerja "sama sekali" dengan kripto atau Hamas. "Kami adalah perusahaan penukaran uang. Tuduhan Israel semuanya bohong dan tidak berdasar," kata orang tersebut.
Al Mutahadun ditetapkan sebagai "organisasi teroris" pada Mei 2021 oleh Israel, menurut daftar NBCTF.
Hamas tidak memiliki hubungan apapun dengan perusahaan penukaran uang, kata juru bicara Hazem Qassem. Tuduhan hubungan dengan perusahaan-perusahaan itu merupakan upaya Israel untuk "membenarkan perang ekonominya melawan Gaza dan rakyatnya," kata Qassem.
Sayap bersenjata Hamas mengatakan pekan lalu akan berhenti menerima dana dalam bitcoin setelah peningkatan aktivitas "bermusuhan" terhadap donor.
Binance, CEO Zhao, dan mantan kepala kepatuhannya Samuel Lim menghadapi tuntutan perdata dari Komisi Perdagangan Berjangka Komoditas AS (CFTC) atas "penghindaran yang disengaja" terhadap undang-undang komoditas A.S.
Zhao menyebut tuduhan itu sebagai "pembacaan fakta yang tidak lengkap."
CFTC mengatakan Lim menerima informasi pada 2019 tentang transaksi Hamas di Binance. Lim mengatakan kepada seorang koleganya bahwa "teroris" biasanya mengirimkan dana dalam jumlah kecil, karena "jumlah besar merupakan pencucian uang," menurut pengaduan CFTC.
REUTERS
Pilihan Editor Sejarah Panjang Sudan: dari Masa Firaun sampai Kudeta Tak Berkesudahan