TEMPO.CO, Jakarta - Rusia dan Amerika Serikat saling tuding menyusul terjadinya serangan drone ke Kremlin. Juru bicara Moskow, Dmitry Peskov, menuding AS di balik serbuan Rabu, 3 Mei 2023, yang mereka sebut bertujuan membunuh Presiden Vladimir Putin.
Juru bicara keamanan nasional Gedung Putih John Kirby mengatakan Peskov "hanya berbohong" dan mengatakan Amerika Serikat tidak mendorong atau memungkinkan Ukraina menyerang di luar perbatasannya. Dia menambahkan masih belum jelas apa yang terjadi di Kremlin.
Kyiv juga membantah terlibat dalam insiden itu, yang terjadi setelah serangkaian ledakan selama sepekan terakhir dengan sasaran kereta barang dan depo minyak di Rusia barat dan Krimea yang dikuasai Rusia. Moskow juga menyalahkan Ukraina atas serangan itu.
“Upaya untuk memungkiri (serangan terhadap Kremlin) ini, baik di Kyiv maupun di Washington, tentu saja sangat konyol. Kami tahu betul bahwa keputusan tentang tindakan semacam itu, tentang serangan teroris semacam itu, dibuat bukan di Kyiv tetapi di Washington," kata Peskov kepada wartawan.
Peskov mengatakan penyelidikan sedang dilakukan dan setiap tanggapan akan dipertimbangkan dengan hati-hati dan diseimbangkan.
Secara terpisah, Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan dugaan serangan pesawat tak berawak "tidak boleh dibiarkan tanpa jawaban" dan itu menunjukkan Kyiv tidak memiliki keinginan untuk mengakhiri perang berusia 15 bulan di meja perundingan.
Rusia menuduh Amerika Serikat sebagai peserta langsung dalam perang, berniat menimbulkan "kekalahan strategis" Moskow. Washington membantahnya, mengatakan negara itu mempersenjatai Kyiv untuk mempertahankan diri dan merebut kembali tanah yang diambil secara ilegal oleh Moskow.
REUTERS
Pilihan Editor Nigeria Selidiki Kandungan Indomie setelah Kasus di Taiwan