TEMPO.CO, Jakarta - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mendesak faksi-faksi yang bertikai di Sudan, Rabu, 3 Mei 2023, untuk menjamin perjalanan bantuan kemanusiaan yang aman setelah enam truk dijarah dan serangan udara di Khartoum merusak gencatan senjata yang telah disepakati.
Kepala Bantuan PBB Martin Griffiths mengatakan ia berharap bertemu muka dengan pihak-pihak Sudan yang bertikai dalam dua atau tiga hari untuk memperoleh jaminan dari mereka agar konvoi PBB dapat mengirim pasokan bantuan.
Pertemuan itu bisa terjadi di Khartoum atau lokasi lain, kata Griffiths kepada Reuters dalam sebuah wawancara telepon dari Jeddah, Arab Saudi, menyusul kunjungan ke Port Sudan yang dimaksudkan untuk merencanakan operasi bantuan berskala besar.
"Penting bagi saya untuk kami bertemu secara fisik, bertatap muka untuk membicarakan hal ini, karena kami memerlukan sebuah momen publik yang dapat dipertanggungjawabkan,” katanya.
PBB telah memperingatkan bahwa pertempuran antara militer Sudan dan milisi Rapid Support Forces (RSF), yang pecah pada 15 April, berisiko menimbulkan bencana kemanusiaan yang dapat meluas ke negara-negara lain. Sudan, Selasa, mengatakan bahwa 550 orang meninggal dunia, dan 4.926 terluka sejauh ini dalam konflik tersebut.
Serangan udara terdengar di Khartoum dan kota-kota tetangga Omdurman dan Bahri, Rabu, bahkan ketika kedua belah pihak telah sepakat untuk memperpanjang serangkaian gencatan senjata yang goyah dan rusak selama tujuh hari lagi sejak Kamis. Di Khartoum, jutaan orang masih berusaha berlindung dari perang terbuka antara tentara yang menggunakan serangan udara dan artileri berat dan pasukan RSF yang ditempatkan di lingkungan perumahan.
Sebagian besar rumah sakit tutup dan banyak wilayah tanpa listrik dan air sementara pasokan makanan dan bahan bakar menipis.
Dengan mediator internasional mendesak untuk pembicaraan damai, tentara Sudan mengatakan akan mengirim utusan untuk pembicaraan dengan pemimpin Sudan Selatan, Kenya dan Djibouti.
Bantuan telah tertahan di negara berpenduduk 46 juta orang di mana sekitar sepertiganya telah bergantung pada bantuan kemanusiaan.
Berbicara sebelumnya, Griffiths mengatakan dia telah diberitahu oleh Program Pangan Dunia PBB bahwa enam truk mereka yang melakukan perjalanan ke wilayah barat Darfur telah dijarah dalam perjalanan, meskipun ada jaminan keselamatan dan keamanan.
Griffiths, dalam wawancara dengan Reuters, mengatakan ia berbicara dengan pemimpin militer Abdel Fattah al-Burhan dan komandan milisi RSF Mohamed Hamdan Dagalo, yang biasa dikenal sebagai Hemedti, Rabu, untuk mengatakan kepada mereka bahwa dibutuhkan jalur-jalur bantuan khusus dan operasi pengangkutan udara untuk bantuan-bantuan tersebut.
"Kami sangat jelas sekarang dalam persyaratan operasional kami seperti apa yang kami butuhkan dalam hal komitmen dari mereka," katanya.
REUTERS
Pilihan Editor: Polisi Brasil Gerebek Rumah Bolsonaro, Diduga Gunakan Data Palsu Vaksin COVID-19