TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintahan enam bulan ISIS pimpinan Abu Hussein al-Qurashi berakhir ketika dia meledakkan rompi bom bunuh diri selama serangan pasukan khusus Turki di Suriah barat laut, Sabtu, setelah menolak untuk menyerah, kata seorang pejabat keamanan senior Turki seperti dilansir Reuters, Selasa, 2 Mei 2023.
Pemimpin ISIS ketiga yang tewas dengan meledakkan rompi peledak selama serangan sejak 2019. Qurashi meninggalkan organisasi yang pernah memerintah jutaan orang melalui kendalinya atas sepertiga Irak dan Suriah, tetapi sekarang telah dipaksa bersembunyi.
Serangan empat jam, yang dipimpin oleh Organisasi Intelijen Nasional Turki (MIT), menyaksikan pasukan khusus menerobos pagar pembatas, pintu belakang dan dinding tempat persembunyiannya di sebuah bangunan dua lantai di dekat kota Jandaris, Suriah, kata pejabat keamanan itu.
Dua sumber keamanan Suriah mengatakan kelompok bersenjata Suriah yang didukung Turki menetapkan garis pertahanan di sekitar daerah itu sementara pasukan khusus Turki, yang menurut satu sumber sebelumnya memasuki Suriah dengan kendaraan lapis baja, menggerebek rumah tersebut.
MIT menolak berkomentar untuk laporan ini. Presiden Turki Tayyip Erdogan mengatakan pada Minggu, bahwa Qurashi "dilenyapkan" sebagai bagian dari operasi pasukan intelijen.
Gambar-gambar di tempat kejadian yang disediakan oleh petugas keamanan menunjukkan sebuah bangunan beratap merah dengan sebagian besar lantai bawahnya hancur lebur.
Puing-puing logam dan cinderblock berserakan di teras beraspal dengan air mancur kecil, dan di tanah merah bata di ladang terdekat yang ditanami pohon zaitun.
MIT, yang menurut sumber Turki telah mengikuti Qurashi sejak lama, melakukan operasi rahasia setelah mengetahui dia akan segera pindah, kata pejabat itu, menambahkan bahwa Qurashi meledakkan rompi bunuh diri begitu menyadari dia akan ditangkap.
Ada seruan agar Qurashi menyerang tetapi tidak ditanggapi, kata sumber tersebut.
Dalam proses operasi itu, kelompok bersenjata yang didukung Turki menahan dua anggota ISIS, yang berbasis di Afrin dan sebuah desa dekat Jandaris, yang bertujuan untuk menyampaikan pesan dari Qurashi kepada Jabouri, kata sumber tersebut.
"Ini adalah pertanda kuat bahwa Qurashi sangat mungkin bersembunyi di daerah ini," kata salah satu sumber.
AS juga membantu penyediaan intelijen yang diperoleh dengan sistem canggih yang dapat mencegat komunikasi ISIS di Suriah, kata sumber itu.
Seperti para pendahulunya, Qurashi tidak pernah berpidato di depan umum, sebuah penanda seberapa jauh jangkauan kelompok ini telah jatuh sejak mantan pemimpin Abu Bakr al-Baghdadi naik ke mimbar sebuah masjid yang ramai di Irak pada 2014 untuk mendeklarasikan kekhalifahan gadungannya.
REUTERS
Pilihan Editor: Top 3 Dunia: Penembakan Massal, Taliban Bertemu China, dan Mogok Makan Pemimpin Palestina