TEMPO.CO, Jakarta - PBB pada Jumat, 28 April 2023, mengungkap setidaknya 40 ribu pengungsi telah melarikan diri dari Ibu Kota Sudan, Khartoum. Para pengungsi itu berlindung mencari tempat yang aman menyusul bentrokan bersenjata pada pertengahan April 2023 lalu.
Perwakilan UNHCR di Sudan Axel Bisschop pada konferensi pers di Jenewa, Swiss memperingatkan para pengungsi itu menghadapi bahaya sehingga terpaksa mengungsi, di mana mereka berasal dari sejumlah Kota di Sudan. Mereka melarikan diri dari pertempuran yang semakin intensif.
"Kami telah menerima laporan sekitar 33 ribu pengungsi melarikan diri dari Khartoum untuk mencari perlindungan ke kamp-kamp pengungsi di Negara Bagian Nil Putih, 2 ribu ke kamp-kamp di Gedaref, dan 5 ribu ke Kassala sejak krisis meletup dua minggu lalu. Sekali lagi, melarikan diri demi menyelamatkan hidup mereka," kata Bisschop.
Bisschop menggambarkan para pengungsi Sudan sebagai pengungsi baru yakni warga sipil yang tidak bersalah, termasuk perempuan dan anak-anak. Dia pun prihatin karena para pengungis itu harus menderita.
Ketika permusuhan berkobar di Sudan, UNHCR sudah memperingatkan bahwa konflik tersebut bakal berdampak buruk pada penduduk sipil, termasuk pengungsi dan pengungsi internal di seluruh negeri.
"Kamp pengungsi di Gedaref, Kassala, Nil Putih dan Nil Biru, serta pemukiman pengungsi di Kordofan Selatan dan Barat, sejauh ini relatif tenang dengan layanan penting berjalan, termasuk kesehatan dan air," kata Bisschop.
Media di Ethiopia melaporkan Sudan selama ini menampung sekitar satu juta pengungsi dari wilayah Tigray, yang mengalami bentrokan bersenjata antara tentara Ethiopia dan elemen Front Pembebasan Tigray selama dua tahun.
Sebelumnya pada Jumat, 28 April 2023, Organisasi Internasional untuk Migrasi mengumumkan Chad menerima setidaknya 20 ribu pengungsi dari Sudan di tengah bentrokan yang sedang berlangsung. Sebelumnya, Chad juga sudah menampung warga negara Sudan dan pengungsi yang tinggal di sana.
Serikat Dokter Sudan mengumumkan pada Jumat, 28 April 2023, jumlah warga sipil yang menjadi korban tewas meningkat menjadi 387 orang sejak pecahnya bentrokan antara tentara dan kelompok Pasukan Pendukung Cepat pada pertengahan April 2023. Sedangkan korban luka-luka lebih dari seribu orang. Bentrokan itu juga menyebabkan ribuan orang mengungsi ke negara tetangga dan evakuasi WNA dari seluruh bagian Sudan.
Sejak 15 April 2023, sejumlah negara bagian di Sudan telah menyaksikan bentrokan besar-besaran antara tentara, yang dipimpin oleh Abdel Fattah Al-Burhan, dan Pasukan Pendukung Cepat, yang dipimpin Mohamed Hamdan Dagalo atau yang dikenal dengan panggilan Hemetti.
Middle East Monitor
Pilihan Editor: Solidaritas, Sekjen PBB Berpuasa Saat Kunjungan Kerja ke Somalia
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.