TEMPO.CO, Jakarta -Sekitar 20 WNI yang menjadi korban tindak pidana perdagangan orang atau TPPO, terperangkap di Karen, wilayah perbatasan rawan konflik di Myanmar. Keluarga meminta pemerintah untuk segera bertindak karena takut empat WNI akan dijual.
"Besar harapan kami ada perhatian khusus dari pemerintah untuk menyelesaikan kasus ini," kata perwakilan keluarga WNI, Rosa, saat dihubungi pada Rabu, 26 April 2023.
Sebanyak 20 korban itu diberangkatkan secara unprosedural ke Myanmar melalui jalur air dari Bangkok, Thailand. Para WNI itu diduga dipekerjakan perusahaan online scam untuk menjadi penipu online dengan gaji menggiurkan mulai 12 hingga 25 juta rupiah.
Kenyataan tak sesuai dengan apa yang dijanjikan. Para WNI tersebut dipaksa kerja 17-19 jam, diberikan hukuman fisik, ancaman denda jika ingin keluar, hingga dijual lagi jika tak menguntungkan perusahaan.
Rosa khawatir empat WNI akan dijual. "Kita juga gak tahu mau dijual ke mana. Bisa ke sindikat lain, bisa ke prostitusi dan lain lain," katanya.
Video di media sosial yang menampilkan para WNI tersebut muncul pada pekan lalu. Mereka mengatakan "Bebaskan kami", dengan keterangan sebuah unggahan menyebut empat WNI yang berada di video tersebut akan dijual.
Sebagai keluarga, Rosa mengaku belum menerima kabar lanjutan mengenai nasib WNI tersebut.
Direktur Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri Judha Nugraha belum memberikan tanggapan soal kasus ini. Tempo juga sudah mengirim pesan elektronik kepada Kedutaan Besar Myanmar di Jakarta, tetapi belum mendapat respons.
Rosa mengatakan dia telah mendapat penjelasan dari pemerintah soal upaya penyelamatan korban TPPO di Myanmar ini lebih sulit dari pada di Kamboja, Laos, atau Filipina. Sebab negara itu sedang dilanda konflik.
Myanmar berada dalam krisis sejak militer menggulingkan pemerintah terpilih yang dipimpin oleh peraih Hadiah Nobel Perdamaian Aung San Suu Kyi pada Februari 2021.
Para jenderal berjuang untuk mengkonsolidasikan kekuasaan dan berperang di berbagai front melawan pemberontak etnis minoritas dan gerakan pro-demokrasi bersenjata.
Pilihan Editor: Disekap dan Disiksa, 20 WNI Jadi Korban Perdagangan Orang di Myanmar
DANIEL A. FAJRI