TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Singapura, Selasa, 25 April 2023, menuduh miliarder Inggris Richard Branson menjajakan kebohongan dan tidak menghormati sistem peradilannya, membalas taipan itu atas seruannya untuk membebaskan seorang pria yang akan dieksekusi minggu ini karena perdagangan narkoba.
Singapura akan menggantung Tangaraju Suppiah, 46, Rabu, karena bersekongkol dalam perdagangan lebih dari 1 kg ganja pada 2013, dua kali lipat dari ambang batas untuk pemberian hukuman mati di negara kota, yang dikenal dengan undang-undang keras tentang narkotika.
Branson, penentang hukuman mati yang terkenal, dalam sebuah postingan blog mengatakan putusan terhadap Tangaraju tidak memenuhi standar hukuman pidana, dan bahwa "Singapura mungkin akan membunuh orang yang tidak bersalah", karena dia tidak dekat dengan narkoba ketika dia ditahan.
Kementerian Dalam Negeri Singapura dalam sebuah bantahan mengatakan pengadilannya menghabiskan lebih dari tiga tahun untuk memeriksa kasus tersebut dan klaim Branson "jelas tidak benar".
"Sangat disesalkan bahwa Mr. Branson, karena ingin memperdebatkan kasusnya, harus merasa lebih tahu tentang kasus ini daripada pengadilan Singapura," katanya.
Singapura mengeksekusi 11 orang tahun lalu dan mengatakan hukuman mati adalah pencegah terhadap narkoba yang didukung sebagian besar rakyatnya.
Banyak negara tetangga Singapura tidak menjatuhkan hukuman mati lagi atau telah melaksanakan moratorium eksekusi, termasuk Malaysia, yang awal bulan ini meloloskan reformasi hukum untuk mengakhiri hukuman mati wajib.
Keluarga Tangaraju telah berkirim surat kepada presiden Singapura untuk meminta grasi, sementara misi lokal Uni Eropa dan negara-negara anggotanya bersama-sama menyerukan agar dia diberikan bukan hukuman mati.
Singapura dan Branson sebelumnya berselisih tentang hukuman mati dan warga Inggris itu mengkritik pihak berwenang tahun lalu karena menggantung seorang pria Malaysia yang dihukum karena perdagangan heroin, yang menurut para aktivis mengalami gangguan intelektual. Branson menolak undangan Singapura baginya untuk bergabung dalam debat tentang masalah tersebut.
REUTERS
Pilihan Editor: Mantan Komandan Grup Wagner Mengaku Bersalah Terlibat Perkelahian di Bar Oslo