TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan bahwa Eropa tidak boleh menjadi pengikut AS atau Cina dalam menyikapi konflik di Taiwan. Dia mengatakan Eropa bisa berisiko terjerat dalam krisis yang bukan milik blok ini.
Komentarnya berisiko membuat marah Washington dan menyoroti perpecahan di Uni Eropa tentang cara mendekati Cina. Sebabnya Amerika Serikat meningkatkan konfrontasi dengan Cina. Sementara Cina, kian dekat ke Rusia setelah invasi Ukraina.
"Hal terburuk adalah berpikir bahwa kita orang Eropa harus menjadi pengikut dan menyesuaikan diri dengan ritme Amerika dan reaksi berlebihan China," kata Macron kepada media usai dia kembali dari lawatan kenegaraan ke Beijing.
"Eropa harus jelas di mana pandangannya tumpang tindih dengan AS, tetapi apakah itu tentang Ukraina, hubungan dengan Cina atau sanksi, kita memiliki strategi Eropa," ujarnya.
"Kami tidak ingin masuk ke logika blok versus blok," kata Macron. Dia mengatakan Eropa tidak boleh terjebak dalam kekacauan dunia dan krisis yang bukan miliknya.
China memandang Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya. Cina berjanji untuk merebut Taiwan suatu hari nanti, bahkan dengan paksaan jika diperlukan.
Macron membahas Taiwan dengan pemimpin China Xi Jinping pada hari Jumat, selama kunjungannya itu. Di Beijing dia dijamu dengan baik oleh Xi Jinping.
Kantor Macron di Istana Elysee mengatakan pembicaraan itu "padat dan jujur." Namun Istana Elysee mengatakan Macron khawatir tentang ketegangan yang meningkat di kawasan itu.
REUTERS | CHANNEL NEWS ASIA
Pilihan Editor: Profil Presiden Israel Isaac Herzog, Kisah Cintanya dengan Anggota Korps Intelijen Israel