TEMPO.CO, Jakarta - Polusi udara di Chiang Mai, Thailand , telah memakan korban. Lebih dari 12.000 pasien mengalami masalah pernapasan hingga menjalani perawatan di Rumah Sakit Maharaj Nakorn Chiang Mai dari Januari hingga Maret, menurut Fakultas Kedokteran Universitas kota itu.
Departemen Pengendalian Penyakit Thailand pada 9 Maret mengumumkan lebih dari 1,32 juta orang melaporkan telah terkena penyakit pernapasan terkait polusi pada 2023. Pada Selasa pekan lalu, Gubernur Chiang Mai Nirat Pongsitthaworn mendeklarasikan empat lagi zona krisis satwa liar.
Analis perjalanan Bowerman mengatakan kabut asap yang terus berlanjut dapat merusak perayaan di Thailand, bersama dengan pariwisata di negara-negara tetangga.
“Ini juga akan berdampak pada Pekan Emas Tiongkok pada awal Mei, yang diharapkan sebagian besar negara di Asia Tenggara akan memulai kembalinya wisatawan Tiongkok dalam jumlah yang lebih besar,” katanya. “Lebih jauh ke selatan, di Malaysia dan Indonesia, musim hujan belum berakhir, tetapi ada kekhawatiran luas bahwa setelah hujan berhenti, musim kabut asap tahun ini akan berlangsung lama dan berdampak bagi kedua negara dan Singapura.”
Pekan lalu, pemerintah setempat telah meminta penduduknya untuk bekerja dari rumah atau work from home untuk menghindari polusi udara yang berbahaya. Chiang Mai, pada Jumat pekan lalu, menduduki peringkat kota paling tercemar di dunia
Dalam beberapa pekan terakhir, asap dari kebakaran hutan dan lahan pertanian menyelimuti kota yang menjadi tujuan wisata populer tersebut. Banyak petani membakar tunggul tanaman sehingga menyebabkan polusi udara.
Perdana Menteri Prayut Chan-O-Cha mengadakan pembicaraan video dengan para pemimpin negara tetangga Myanmar dan Laos untuk membahas masalah tersebut. Polusi udara dari Chiang Mai, mempengaruhi sebagian besar wilayah Asia Tenggara setiap tahun.
Thailand tersedak polusi udara berat sejak awal tahun, sebagian disebabkan oleh pembakaran pertanian musiman. Hampir dua juta orang dirawat di rumah sakit karena penyakit pernapasan yang disebabkan oleh polusi udara tahun ini, menurut kementerian kesehatan masyarakat.
Pada Jumat pagi, situs pemantau udara IQAir menempatkan Chiang Mai sebagai kota besar paling tercemar di dunia, di atas titik panas biasa seperti Delhi dan Lahore.
Tingkat partikel PM2.5 yang paling berbahaya -- sangat kecil sehingga dapat memasuki aliran darah -- lebih dari 66 kali lipat dari pedoman tahunan Organisasi Kesehatan Dunia, menurut IQAir.
Gubernur provinsi Chiang Mai Nirat Pongsittitavorn mengeluarkan pernyataan yang mendesak orang untuk tinggal di dalam rumah dan bekerja dari rumah untuk "melindungi diri dan mengurangi dampak kesehatan" dari partikel PM2.5.
Kebakaran hutan yang terbaru di provinsi Chiang Rai, timur laut Chiang Mai, dimulai pada hari Kamis dan telah mempengaruhi 96 hektar hutan.
Rumah bagi hampir 130.000 orang, Chiang Mai adalah pintu gerbang ke perbukitan utara Thailand. Sebelum pandemi, jutaan orang turis berkunjung ke Chiang Mai karena pusat bersejarah dan suasananya yang santai.
Namun Wittaya Pongsiri, wakil presiden Asosiasi Bisnis Pariwisata Chiang Mai, mengatakan polusi udara membuat turis kabur. "Jumlah wisatawan turun hingga 20 persen," katanya.
Polusi udara di Chiang Mai juga membuat warganya didera rasa putus asa. Komentar sarkastik memenuhi media sosial tentang polusi udara yang terus berlanjut serta kritik atas kegagalan pemerintah untuk mengatasi masalah tersebut.
Dr Rungsrit Kanjanavanit, spesialis onkologi di Fakultas Kedokteran Universitas Chiang Mai, mengunggah komentar di akun media sosialnya. “Chiang Mai, setiap nafas adalah petualangan. Ini gila hari ini, tempat yang tidak bisa ditinggali.
Di Chiang Rai, sekelompok seniman lokal berkumpul untuk mengadakan kontes siapa yang bisa menahan napas paling lama, untuk memberi tahu dunia bahwa masalah polusi udara telah mencapat titik terparah.
Gambar besar berukuran 13m kali 2,5m dilukis oleh sekelompok seniman, yang menggambarkan gunung Phu Chi Fa dan pepohonan yang terbakar.
Warga berencana untuk berkumpul di depan monumen Phaya Mengrai pada pukul 17:00 pada hari Senin, untuk memberi tahu pihak berwenang yang prihatin bahwa krisis polusi udara kini tak tertahankan.
Sebelum di Chiang Mai, para pejabat juga memperingatkan warga Bangkok untuk tinggal di dalam rumah dan bekerja dari rumah pada Februari karena ibu kota Thailand diselimuti kabut asap yang berbahaya.
FRANCE 24 | THAI PBS | VOA NEWS
Pilihan Editor: Teror Ribuan Ayam Tetangga Sampai Mati, Pria Cina Dihukum Penjara