TEMPO.CO, Jakarta - Paus Fransiskus memimpin umat Katolik Roma dunia memasuki Paskah pada Misa, Sabtu malam, 8 April 2023, di Basilika Santo Petrus, mengutuk "angin dingin perang" dan ketidakadilan lainnya.
Fransiskus yang berusia 86 tahun melewatkan acara luar ruangan pada Jumat malam karena suhu dingin yang tidak sesuai musim di Roma. Dokternya memerintahkan kehati-hatian setelah dia dirawat di rumah sakit minggu lalu karena bronkitis.
Fransiskus tampak sehat selama kebaktian Malam Paskah, di mana dia membaptis delapan orang dewasa yang berpindah agama menjadi Katolik.
Setelah memulai kebaktian di bagian belakang gereja dengan penerangan tradisional lilin Paskah yang besar, dia dibawa dengan kursi roda ke depan untuk memimpin Misa.
Paskah adalah hari yang sangat penting dalam kalender liturgi Kristen karena memperingati hari di mana Alkitab mengatakan Yesus bangkit dari kematian.
Dalam homilinya, yang dibacakan di hadapan sekitar 8.000 orang di gereja terbesar Kekristenan, Fransiskus berbicara tentang kepahitan, kesedihan, dan kekecewaan yang dirasakan banyak orang saat ini.
"Kita mungkin merasa tidak berdaya dan putus asa di hadapan kekuatan jahat, konflik yang menghancurkan hubungan, sikap penuh perhitungan dan ketidakpedulian yang tampaknya berlaku di masyarakat, kanker korupsi, penyebaran ketidakadilan, angin perang yang dingin," dia berkata.
Fransiskus menyerukan diakhirinya semua perang, dan sejak Rusia menginvasi Ukraina pada Februari 2022, dia berulang kali menyebut Ukraina dan rakyatnya sebagai "martir".
Membaca homilinya dengan suara yang kuat dan percaya diri, Fransiskus mengatakan bahwa bahkan ketika orang merasa sumber harapan telah mengering, penting untuk tidak membeku dalam rasa kekalahan tetapi mencari "kebangkitan batin" dengan pertolongan Tuhan.
Fransiskus mengakhiri perayaan Pekan Suci, Mingu, 9 April 2023, dengan memimpin Misa hari Paskah di Lapangan Santo Petrus dan kemudian menyampaikan berkat dan pesan "Urbi et Orbi" (untuk kota dan dunia) dua kali setahun dari balkon luar pusat St. Basilika Petrus.
REUTERS
Pilihan Editor: Cina Meradang Dituduh WHO Sembunyikan Data Asal-usul Covid: Tidak Sopan