TEMPO.CO, Jakarta - Seperti dilansir dari laman firstpost.com, BRICS secara kolektif akan meluncurkan mata uangnya sendiri sebagai upaya untuk menggeser dominasi Dolar AS atau USD dalam konstelasi perekonomian dunia.
Langkah tersebut ditempuh setelah Moskow dan Beijing menggalakkan upaya dedolarisasi menyusul sanksi yang telah diterima oleh kedua negara tersebut.
Mata uang Amerika Serikat, yakni US Dollar telah menjadi Raja Mata Uang Dunia setelah secara resmi ditetapkan pada tahun 1944. Penetapan tersebut dilakukan oleh aliansi 44 negara yang tergabung dalam forum Bretton Woods Agreement.
Sejak keputusan tersebut diterbitkan, USD menikmati status kuatnya di dunia yang memberikan Amerika Serikat sebagai negara pemilik mata uang tersebut, pengaruh tidak terbatas dalam aspek ekonomi. Bahkan pengaruhnya tersebut dimanfaatkan oleh Amerika Serikat untuk memberikan sanksi sebagai alat untuk mencapai tujuan politik luar negeri mereka.
Berdasarkan hal tersebut, tidak semua negara suka dengan ‘cara main’ yang dilakukan oleh Amerika Serikat. Negara seperti Rusia dan Tiongkok bahkan berencana untuk mengganggu hegemoni USD. Upaya tersebut dapat disebut sebagai “dedolarisasi” dan bertujuan untuk mengurangi dominasi USD dalam pasar dunia.
Mata Uang BRICS
Selama beberapa tahun belakangan, negara yang tergabung dalam BRICS yang meliputi Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan telah melakukan transaksi ekonomi yang bersifat bilateral dengan menggunakan mata uang masing-masing negara. Upaya tersebut dapat dipahami sebagai suatu upaya masif untuk melawan dominasi USD atas sistem perekonomian global.
Dilansir dari laman firstpost.com, secara kolektif negara BRICS sedang menyusun rencana untuk membuat mata uang mereka sendiri sebagai bentuk fasilitas perdagangan. Nantinya rencana tersebut akan segera terwujud setelah Konferensi Tingkat Tinggi negara BRICS yang diadakan di Afrika Selatan, Agustus mendatang.
Berbagai sumber menyebut bahwa Rusia merupakan ‘otak’ dibalik ide tersebut, menyusul berbagai sanksi yang diterima oleh Rusia dari Barat akibat invasi Rusia terhadap Ukraina.
Namun demikian, menurut Alexander Babakov seorang politisi Rusia, menyebut bahwa Rusia dan India menjadi dua negara yang paling diuntungkan dengan penciptaan mata uang bersama yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran.
Sejarah BRICS
Munculnya upaya dedolarisasi tersebut tidak terlepas dari aliansi BRICS yang berisi negara dengan status berkembang pesat. Seperti dilansir dari laman investopedia.com, BRICS merupakan singkatan dari Brasil, Rusia, India, Cina, dan Afrika Selatan.
Menurut ekonom yang berasal dari Goldman Sachs, yakni Jim O’Neill, yang pada saat itu masih bernama BRIC tanpa adanya Afrika Selatan, bahwa pada 2050 nanti negara yang tergabung dalam BRICS akan mendominasi ekonomi negara dunia bagian selatan.
Lebih jauh istilah BRIC digagas oleh ekonom Goldman Sachs, Jim O’Neill yang menyebut bahwa negara-negara tersebut akan menjadi dominasi ekonomi dunia setelah pada tahun 2001 pertumbuhan ekonomi mereka mengalahkan negara yang tergabung dalam forum G7 seperti Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Inggris, Amerika Serikat, dan Jepang.
Selanjutnya pada tahun 2003, Roopa Purushothaman dan Dominic Wilson mempublikasikan laporan yang berjudul “Dreaming with BRICs: The Path to 2050”, dalam laporan tersebut mereka mengklaim bahwa pada tahun 2050, BRICs akan menggeser G7 sebagai pusat perekonomian dunia selama empat dekade.
Namun demikian, pertumbuhan ekonomi negara BRICS perlahan mulai menurun sejak krisis finansial dunia dan mulai menurun kembali sejak hancurnya harga minyak pada 2014. Setelah 2015, BRICS sudah tidak memiliki daya tarik bagi investor dan puncaknya dana investasi hilang sebesar 88 persen dari nilainya.
FIRSTPOST | INVESTOPEDIA
Pilihan editor : Saingi Dolar AS Mata Uang BRICS Segera Diluncurkan, Apa itu BRICS?
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung.