TEMPO Interaktif, Teheran: Seorang wartawan keturunan Iran-Amerika yang berada di Iran dituduh menjadi mata-mata bagi Amerika Serikat dan telah dijatuhi hukuman penjara selama delapan tahun, kata pengacaranya Sabtu, lima hari setelah dia disidang.
Seorang pejabat pengadilan Iran, yang dikutip oleh kantor berita ISNA, mengkonfirmasikan hukuman Roxana Saberi, seorang wartawan lepas kelahiran Amerika yang bekerja untuk BBC dan National Public Radio (NPR).
Penahanan Saberi dapat menjadi sumber ketegangan antara Amerika dan Iran di saat Washington mencobat menggapai Republik Islam itu menyusul tiga dekade saling curiga.
Peradilan sebelumnya minggu ini mengatakan Saberi menjalani persidangan hari Senin di Pengadilan Revolusioner yang menangani kasus-kasus keamanan.
"Dia telah dihukum delapan tahun ... saya akan banding," kata pengacaranya Abdolsamad Khorramshahi kepada Reuters.
ISNA mengutip sumber pejabat pengadilan yang mengatakan: "Cabang 28 dari Pengadilan Revolusioner menghukum Roxana Saberi delapan tahun karena kasus spionase. Dia dapat mengajukan banding."
Ayahnya, Reza Saberi, mengatakan kepada NPR bahwa anak perempuannya telah dipaksa membuat pernyataan yang kemudian dia tarik.
"Dia telah tertipu," katanya. "Dia sangat tertekan tentang hal ini dan dia ingin melakukan mogok makan. Dan jika ia melakukannya, dia sangat lemah yang dapat sangat membahayakan kesehatannya."
Di bawah undang-undang pidana Iran, spionase dapat dihukum mati. Republik Islam Iran tahun lalu mengeksekui pengusaha Iran yang dituduh melakukan mata-mata militer untuk kepentingan Israel.
Saberi, yang lahir di Amerika Serikat, telah ditangkap pada bulan Januari karena bekerja setelah izin meliputnya berakhir.
Orangtua Saberi mengunjunginya di penjara Evin Teheran pada 6 April, setelah tiba dari Amerika Serikat. Evin adalah penjara yang menurut kelompok hak asasi menausia biasanya dikhususkan untuk tahanan politik.
Menurut sebuah situs web untuk mengkampanyekan pembebasan Saberi, freeroxana.net, Saberi adalah keturunan Iran dan Jepang dan pindah ke Iran enam tahun yang lalu.
Ia dibesarkan di Fargo, North Dakota, dan memegang gelar master dalam Jurnalisme dan Hubungan Internasional. Dia terpilih sebagai Miss North Dakota pada tahun 1997, menurut website itu.
REUTERS | ERWIN