TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pertahanan Jerman Boris Pistorius menyebut militer negaranya tidak dapat sepenuhnya mengisi kekosongan yang ada pada 2030. Setelah beberapa dekade diabaikan, Berlin tengah berusaha mengubah Angkatan Bersenjatanya menyusul invasi Rusia ke Ukraina.
"Kita semua tahu bahwa kesenjangan yang ada tidak dapat ditutup sepenuhnya pada 2030. Itu akan memakan waktu bertahun-tahun. Semua orang menyadarinya," kata Pistorius dalam wawancara dengan surat kabar Welt am Sonntag yang diterbitkan pada Sabtu, 1 April 2023.
Baca Juga:
Bundeswehr atau pasukan bersenjata Jerman berada dalam kondisi yang lebih buruk dari tahun lalu menyusul kurangnya investasi selama beberapa dekade sejak berakhirnya Perang Dingin. Sejumlah ahli menilai senjata dan amunisi yang disumbangkan ke Ukraina sebagian besar belum diganti. Pistorius menolak pengiriman senjata lebih lanjut ke Ukraina dari saham Bundeswehr di luar komitmen yang diumumkan.
"Terus terang, seperti negara lain, kami memiliki inventaris terbatas. Sebagai menteri pertahanan federal, saya tidak bisa memberikan semuanya," katanya.
Pistorius, yang baru diangkat menjadi Menteri pada awal tahun ini, mengatakan peningkatan anggaran pertahanan untuk mencapai target pengeluaran NATO sebesar 2 persen dari output nasional, dari saat ini sekitar 1,5 persen, adalah prioritas utamanya.
"Kalau itu kemudian dijalankan pada akhir periode (legislatif), maka saya akan puas," tambahnya.
Jerman juga merencanakan misi Angkatan Laut di kawasan Indo-Pasifik tahun depan. Bukan hanya itu, Jerman juga mengintensifkan kemitraannya dengan negara-negara utama di kawasan seperti Jepang, Australia, India, india, Korea Selatan, dan Singapura. Menurut Pistorius kebebasan bergerak Eropa di laut sangat menantang.
REUTERS
Pilihan Editor: Singgah ke New York, Presiden Tsai Ing-wen Disambut Komunitas China Pro dan Anti-Taiwan