TEMPO.CO, Jakarta - Arab Saudi bersama Yordania, Kuwait, dan Qatar mengutuk pembakaran Al-Quran dan bendera Turki pada Jumat, 24 Maret 2023 oleh kelompok Patrioterne Gar Live di Denmark.
Menurut Arabnews, 26 Maret 2023, keempat negara Muslim ini menentang tindakan yang memicu kebencian terhadap umat Islam – terutama selama Ramadan.
Kelompok anti-Muslim sayap kanan Patrioterne Gar Live menyiarkan cuplikan di Facebook yang menggambarkan para pendukung membawa spanduk dengan pesan Islamofobia saat mereka membakar salinan Al-Quran dan bendera Turki di depan Kedutaan Besar Turki di Kopenhagen.
Kementerian Luar Negeri Turki mengecam insiden itu sebagai "kejahatan rasial" dan menambahkan bahwa mereka tidak akan pernah menerima "tindakan keji yang diizinkan dengan kedok kebebasan berekspresi," lapor surat kabar Turki Daily Sabah.
Turki meminta otoritas Denmark untuk mengambil tindakan terhadap mereka yang bertanggung jawab dan untuk memastikan insiden lebih lanjut tidak terjadi “yang mengancam keharmonisan sosial dan hidup berdampingan secara damai,” tambah laporan itu.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Yordania, Sinan Majali, mengatakan tindakan tersebut memicu kebencian dan rasisme.
"Membakar Al-Quran adalah tindakan kebencian yang serius dan manifestasi Islamofobia yang memicu kekerasan dan penghinaan terhadap agama dan sama sekali tidak dapat dianggap sebagai bentuk kebebasan berekspresi," kata Majali dalam sebuah pernyataan.
Mereka mendesak otoritas Denmark untuk mencegah terulangnya tindakan seperti itu yang “memicu kekerasan dan kebencian serta mengancam hidup berdampingan secara damai.”
Kementerian Luar Negeri Kuwait memperingatkan bahwa pembakaran Alquran berisiko memicu reaksi kemarahan dari umat Islam di seluruh dunia.
Kementerian meminta para pelaku untuk dimintai pertanggungjawaban, memastikan bahwa “kebebasan berekspresi tidak digunakan untuk menyinggung Islam atau agama lain.”
Qatar mengutuk dengan “istilah paling kuat” pembakaran salinan Al-Quran, memperingatkan bahwa insiden terbaru mewakili “eskalasi berbahaya” dari insiden yang menargetkan umat Islam.
Kementerian Luar Negeri Qatar mengatakan pembakaran Alquran di bawah klaim kebebasan berekspresi “mengancam nilai-nilai hidup berdampingan secara damai, dan mengungkapkan standar ganda yang menjijikkan.”
Kementerian tersebut menegaskan kembali penolakan Qatar terhadap “segala bentuk ujaran kebencian berdasarkan kepercayaan, ras, atau agama.”
Kementerian luar negeri Qatar meminta masyarakat internasional untuk “menolak kebencian, diskriminasi, hasutan dan kekerasan, menggarisbawahi pentingnya menegakkan prinsip-prinsip dialog dan saling pengertian.”
Tahun ini, setidaknya sudah tiga kali tindakan semacam ini dilakukan. Sebelumya politisi Swedia-Denmark Rasmus Paludan melakukannya di depan Kedubes Turki di Stockholm pada 21 Januari 2023.
Pekan berikutnya pada 27 Januari, kelompok lain melakukannuya di depan sebuah masjid di Denmark. Di Den Haag pada 23 Januari, Edwin Wagensveld, seorang politisi sayap kanan Belanda dan pemimpin kelompok nasionalis Jerman PEGIDA (Patriotic Europeans against the Islamization of the West), merobek Al-Quran dan kemudian membakarnya.
ARABNEWS, OBSERVALGERIE
Pilihan Editor Drone Nyelonong Masuk Wilayah Rusia, Ukraina Bantah Lakukan Serangan