TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Dewan Keamanan dan Pertahanan Nasional Ukraina Oleksiy Danilov menyebut rencana Presiden Vladimir Putin untuk menempatkan senjata nuklir taktis di Belarusia akan mengacaukan negara itu. Dia menganggap bangsa sama-sama pecahan uni Soviet itu telah "disandera" oleh Moskow.
Oleksiy mengatakan keputusan itu sebagai langkah menuju destabilisasi internal negara. Dia menambahkan, itu memaksimalkan tingkat persepsi negatif dan penolakan publik terhadap Rusia dan Putin dalam masyarakat Belarusia.
"Kremlin mengambil Belarusia sebagai sandera nuklir," tulis Penasihat Keamanan Utama untuk Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky di Twitter, Minggu, 26 Maret 2023.
Putin mengumumkan keputusan itu pada Sabtu, 25 Maret 2023. Ini menjadi peringatan kepada NATO atas dukungan militernya untuk Ukraina dan meningkatkan ketegangan dengan Barat.
Meskipun langkah itu tidak terduga dan Putin mengatakan tidak akan melanggar janji non-proliferasi nuklir, itu adalah salah satu sinyal nuklir Rusia yang paling menonjol sejak awal invasi ke Ukraina 13 bulan lalu.
Putin menyamakan rencananya dengan Amerika Serikat yang menempatkan senjatanya di Eropa. Menurut Presiden Rusia, Moskow tidak akan mengalihkan kendali senjata ke Belarusia. Namun ini bisa menjadi pertama kalinya sejak pertengahan 1990-an Rusia menempatkan senjata semacam itu di luar negeri.
Penasihat senior Zelensky lainnya pada Minggu mencemooh rencana Putin. Dia menyebut pemimpin Rusia itu "terlalu mudah ditebak".
"Membuat pernyataan tentang senjata nuklir taktis di Belarusia, dia mengakui bahwa dia takut kalah, dan yang bisa dia lakukan hanyalah menakut-nakuti dengan taktik," cuit Mykhailo Podolyak.
Washington, negara adidaya nuklir lainnya di dunia, mengecilkan kekhawatiran tentang pengumuman Putin dan potensi Moskow untuk menggunakan senjata nuklir dalam perang di Ukraina.
“Kami belum melihat alasan untuk menyesuaikan postur nuklir strategis kami sendiri atau indikasi apa pun bahwa Rusia sedang bersiap untuk menggunakan senjata nuklir. Kami tetap berkomitmen pada pertahanan kolektif aliansi NATO,” kata seorang pejabat senior pemerintah AS, tanpa disebut namanya dikutip Reuters.
Pejabat itu mencatat bahwa Rusia dan Belarus telah berbicara tentang transfer senjata nuklir selama beberapa waktu.
Analis di Institute for the Study of War (ISW) yang berbasis di Washington mengatakan dalam sebuah catatan pada Sabtu malam bahwa risiko eskalasi perang nuklir "tetap sangat rendah".
"ISW terus menilai bahwa Putin adalah aktor yang menghindari risiko yang berulang kali mengancam untuk menggunakan senjata nuklir tanpa niat menindaklanjuti untuk mematahkan tekad Barat," tulisnya.
Namun, Kampanye Internasional untuk Menghapuskan Senjata Nuklir (ICAN) menyebut pengumuman Putin sebagai eskalasi yang sangat berbahaya. "Dalam konteks perang di Ukraina, kemungkinan salah perhitungan atau salah tafsir sangat tinggi. Berbagi senjata nuklir membuat situasinya jauh lebih buruk dan berisiko menimbulkan bencana kemanusiaan," katanya di Twitter.
REUTERS
Pilihan Editor: Penembakan Kembali Terjadi di Hamburg, Dua Orang Tewas