TEMPO.CO, Jakarta -Serangan udara Rusia di kota-kota Ukraina pada Rabu, 22 Maret 2023, menewaskan sedikitnya sembilan orang. Presiden Volodymyr Zelensky mengatakan, gempuran baru ini menunjukkan Moskow tidak tertarik pada perdamaian.
Layanan darurat Ukraina, melalui Facebook, menyatakan, dalam serangkaian serangan pesawat tak berawak di pagi hari itu, setidaknya delapan orang tewas dan tujuh lainnya luka-luka.
Dua asrama dan sebuah perguruan tinggi di Rzhyshchiv, sekitar 64 kilometer di selatan ibu kota Kyiv, menjadi sasarannya.
Satu orang berhasil diselamatkan dari lokasi dan empat orang diyakini terjebak di bawah reruntuhan. Operasi penyelamatan berlanjut pada Rabu malam.
Serangan itu meninggalkan lubang menganga di lantai atas asrama lima lantai. Saksi mata kepada Reuters mengatakan, tumpukan puing menandai bagian dari bangunan lain yang pernah berdiri.
Kepala polisi daerah Andrii Nebytov mengatakan seorang pengemudi ambulans yang pergi ke tempat kejadian termasuk di antara yang tewas.
Beberapa jam kemudian, dua bangunan tempat tinggal rusak akibat serangan rudal di tenggara kota Zaporizhzhia. Satu orang tewas dan 33 dibawa ke rumah sakit, kata para pejabat.
"Mayoritas orang (di asrama) diselamatkan karena mereka berada di tempat perlindungan bom," kata kepala polisi Nebytov.
Militer Ukraina mengatakan telah melumpuhkan 16 dari 21 drone Shahed buatan Iran yang ditembakkan oleh Rusia.
"Setiap kali seseorang mencoba mendengar kata 'perdamaian' di Moskow, perintah lain diberikan di sana untuk serangan kriminal semacam itu," tulis Zelensky di Twitter merujuk pada kunjungan kenegaraan pemimpin Cina Xi Jinping ke Rusia, yang berakhir pada Rabu.
Zelensky menggambarkan serangan terhadap Zaporizhzhia sebagai tindakan “biadab binatang".
Rusia menginvasi Ukraina 13 bulan lalu dan telah melakukan gelombang serangan udara. Moskw mengatakan menargetkan infrastruktur sebagai bagian dari apa yang disebutnya "operasi militer khusus" untuk menghilangkan ancaman terhadap keamanannya sendiri.
Ukraina dan sekutunya menuduh Moskow melakukan perang yang tidak beralasan untuk merebut wilayah. Barat bereaksi keras dengan memberlakukan sanksi ekonomi.
Pilihan Editor: Bank Dunia: Pemulihan dan Pembangunan Kembali Ukraina Butuh US$411 miliar
REUTERS