TEMPO.CO, Jakarta - Ilmuwan China mengunggah data dari hari-hari awal pandemi Covid-19 ke database untuk pertama kalinya. Meski hanya catatan singkat, namun data itu memberikan informasi tentang asal-usul virus corona, termasuk dugaan peran rakun dalam menyebarkannya ke manusia, kata peneliti internasional.
Virus ini pertama kali diidentifikasi di kota Wuhan, China pada Desember 2019, dengan banyak yang mencurigai berasal dari pasar hewan hidup, sebelum menyebar ke seluruh dunia dan membunuh hampir 7 juta orang hingga saat ini.
Peneliti internasional menerbitkan laporan pra-cetak berdasarkan interpretasi mereka terhadap data pada hari Senin, 20 Maret 2023, setelah temuan mereka bocor ke media minggu lalu dan pertemuan dengan Organisasi Kesehatan Dunia yang melibatkan ilmuwan China dan internasional. WHO sebelumnya mendesak China untuk merilis lebih banyak informasi.
Data tersebut terdiri dari urutan baru virus SARS-CoV-2 dan data genom tambahan berdasarkan sampel yang diambil dari pasar Huanan di Wuhan pada 2020, menurut peneliti internasional yang mengaksesnya.
Urutan menunjukkan bahwa rakun dan hewan lain yang rentan terhadap virus corona dijual di pasar dan mungkin telah terinfeksi, memberikan petunjuk baru dalam rantai penularan yang akhirnya sampai ke manusia, kata mereka.
"Ini menambah bukti yang mengidentifikasi pasar Huanan sebagai lokasi limpahan Sars-CoV-2 dan episentrum pandemi Covid-19," kata laporan itu.
Data dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China (CDC) telah diunggah ke GISAID, database patogen global, siap untuk dimasukkan dalam makalah ilmiah yang akan diterbitkan dalam jurnal utama.
Pada 11 Maret 2023, unggahan tidak lagi dapat diakses di database. GISAID mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa data itu "sementara tidak bisa diakses" karena sedang diperbarui menjelang publikasi makalah, sejalan dengan praktik normal.
Laporan tersebut ditulis oleh penulis termasuk Michael Worobey dari Universitas Arizona, Kristian Andersen dari Scripps Research di La Jolla, California, dan Florence Debarre di Universitas Sorbonne di Paris, Prancis, yang mengakses data tersebut.
Mereka mengatakan tidak melanggar aturan dalam mengakses data.
Tidak segera jelas apakah rilis laporan mereka akan berdampak langsung pada data yang dapat diakses kembali, atau publikasi makalah oleh para ilmuwan China.
Tim juga meminta lebih banyak informasi untuk dibagikan.
"Data pengurutan mentah lainnya dari sampel lingkungan dari pasar Huanan ada dan bisa mengandung petunjuk lebih lanjut," kata Debarre kepada Reuters.
CDC China belum mengeluarkan pernyataan seputar data itu.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin minta wartawan menanyakan kepada pihak terkait soal tidak bisa diaksesnya data itu.
Namun ia mengatakan, China "selalu mendukung dan berpartisipasi dalam kerja sama ilmiah global tentang pelacakan asal" dan akan terus melakukannya, tetapi mengatakan komunitas ilmiah internasional juga perlu berbagi "penelitian mereka tentang virus yang berasal dari wilayah lain di dunia dengan China". .
Dibandingkan dengan informasi yang bocor minggu lalu, laporan tersebut menambahkan lebih banyak detail tentang hewan lain yang ada di pasar, serta menunjukkan bahwa beberapa sampel lingkungan positif SARS-CoV-2 memiliki lebih banyak materi genetik hewan daripada manusia, yang menurut peneliti konsisten dengan hewan yang terinfeksi.
Pejabat WHO mengatakan pekan lalu bahwa informasi itu tidak konklusif tetapi memang mewakili petunjuk baru dalam penyelidikan asal-usul Covid, dan seharusnya segera dibagikan.
Badan PBB sebelumnya mengatakan bahwa semua hipotesis untuk asal-usul Covid-19 tetap ada, termasuk bahwa virus tersebut muncul dari laboratorium dengan keamanan tinggi di Wuhan yang mempelajari patogen berbahaya.
China menyangkal pernyataan itu. WHO juga mengatakan bahwa sebagian besar bukti mengarah pada virus yang berasal dari hewan, kemungkinan kelelawar.
REUTERS
Pilihan Editor RI Kecam Menteri Israel yang Tak Anggap Bangsa Palestina Ada