Palestina terus berjuang untuk mendirikan negara merdeka di Tepi Barat dan Jalur Gaza dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya, wilayah yang direbut Israel dalam Perang 1967. Namun, pembicaraan damai telah terhenti sejak 2014 dan Palestina mengatakan perluasan permukiman Yahudi telah merusak peluang pembentukan negara yang layak.
Dalam sebuah pernyataan bersama, setelah pembicaraan di Mesir yang dihadiri oleh para pejabat AS, Mesir dan Yordania, para pihak juga menegaskan ulang komitmen-komitmen yang dibuat pada sebuah pertemuan di Aqaba bulan lalu, termasuk janji Israel untuk menghentikan permukiman Yahudi baru selama empat bulan.
Seorang pejabat senior Israel mengatakan para pihak telah memperbarui komitmen-komitmen mereka terhadap kesepahaman-kesepahaman yang dicapai di Aqaba.
Pertemuan Aqaba pada 26 Februari, yang pertama setelah bertahun-tahun, gagal untuk menghentikan kekerasan di lapangan terlepas dari janji-janji Israel dan Palestina untuk menurunkan eskalasi yang diucapkan kembali pada pertemuan-pertemuan pada Minggu di resor Sharm el-Sheikh, Mesir.
Sebelum pembicaraan Aqaba bulan lalu, pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu telah mengizinkan sembilan pos permukiman Yahudi di Tepi Barat dan mengumumkan pembangunan massal dari rumah-rumah baru di permukiman-permukiman yang telah ditetapkan. Langkah ini memancing kekecewaan Amerika Serikat.
Israel berjanji di Aqaba untuk menghentikan pembicaraan tentang unit-unit permukiman baru di Tepi Barat selama empat bulan dan menghentikan perizinan pos-pos baru untuk enam bulan.
Tetapi, Netanyahu tampaknya menganggap remeh komitmen apa pun, dengan mengatakan tidak akan ada penghentian, dalam sebuah persetujuan terhadap anggota-anggota sayap kanan koalisinya.
Tepi Barat yang diduduki Israel telah menyaksikan gelombang konfrontasi dalam bulan-bulan terakhir, dengan serangan militer Israel hampir setiap hari dan kekerasan yang meningkat oleh para pemukim Yahudi, di tengah-tengah rentetan serangan oleh Palestina.
Pada pembicaraan Minggu, pejabat-pejabat Israel dan Palestina “sepakat untuk membuat sebuah mekanisme mengekang dan mencegah kekerasan, hasutan serta pernyataan-pernyataan dan tindakan-tindakan yang provokatif,” yang akan melapor pada sebuah pertemuan baru di Sharm el-Sheikh, April.
Menekankan Pentingnya Menjaga Keamanan Tempat Suci
Para pihak dalam pembicaraan itu juga “menekankan pentingnya baik Israel maupun Palestina untuk secara aktif mencegah tindakan apa pun yang akan mengganggu kesucian” tempat-tempat ibadah di Yerusalem selama bulan suci Ramadan, menurut pernyataan bersama itu.
Pertemuan Dikritik Hamas
Hamas, yang memerintah Jalur Gaza, mengutuk Otoritas Palestina di Tepi Barat karena mengambil bagian dalam pertemuan Minggu yang dihadiri oleh pemerintah Israel “yang meningkatkan agresinya terhadap rakyat kami.”
Hussein Al-Sheikh dari payung Organisasi Pembebasan Palestina mengatakan delegasi Palestina sedang membela “hak-hak rakyat Palestina untuk bebas dan merdeka, dan menuntut diakhirinya agresi Israel berkelanjutan terhadap kami.”
REUTERS
Pilihan Editor: Alasan Rusia Sebut Surat Perintah Penangkapan Putin dari ICC Tidak Ada Artinya, Bahkan Seperti Tisu Toilet