TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Rusia Vladimir Putin mengutuk rencana Inggris untuk mengirim amunisi tank yang mengandung uranium (depleted uranium) ke Ukraina. Moskow, menurut Putin, dipaksa untuk menanggapinya.
"Jika semua ini terjadi, Rusia harus menanggapinya, mengingat Barat secara kolektif sudah mulai menggunakan senjata dengan komponen nuklir," kata Putin dalam sambutannya setelah pertemuan puncak dengan Presiden China Xi Jinping pada Selasa, 21 Maret 2023. Dia tidak merinci lebih lanjut.
Berbicara di London pada Senin, 20 Maret 2023, Menteri Negara Pertahanan Annabel Goldie mengatakan beberapa amunisi untuk tank tempur Challenger 2 yang dikirim Inggris ke Ukraina termasuk peluru penembus lapis baja yang mengandung uranium terdeplesi.
Menurut Badan Energi Atom Internasional (IAEA) uranium terdeplesi adalah produk sampingan dari proses pengayaan yang dapat menghasilkan bahan bakar untuk jenis reaktor nuklir dan senjata nuklir tertentu. Uranium harus "diperkaya" dalam isotop U-235, yang bertanggung jawab untuk fisi nuklir.
Peluru nuklir mengandung 0,72 U-235, sedangkan uranium terdeplesi mengandung 0,3% U-235.
Politisi Rusia telah membuat serangkaian komentar agresif sejak invasi ke Ukraina tahun lalu. Mereka menyarankan Moskow - jika perlu - bersiap untuk mengerahkan persenjataan nuklirnya yang luas.
Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu mengatakan, keputusan Inggris menyisakan semakin sedikit langkah, sebelum potensi "benturan nuklir" antara Moskow dan Barat.
"Langkah lain telah diambil, dan semakin sedikit yang tersisa," katanya kepada wartawan dalam sambutannya yang dikutip oleh lembaga domestik.
Uranium terdeplesi digunakan dalam senjata karena dapat menembus tank dan baju besi lebih mudah karena kepadatannya dan sifat fisik lainnya.
Peluru ini berisiko kesehatan tertentu di sekitar lokasi benturan, di mana debu dapat masuk ke paru-paru dan organ vital manusia.
“Tentu saja, Rusia memiliki sesuatu untuk menjawab ini,” kata Shoigu kepada wartawan ketika ditanya tentang amunisi tersebut.
Sebelumnya, juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova menyebut rencana itu sebagai "skenario Yugoslavia", dengan mengatakan bahwa amunisi tersebut menyebabkan kanker dan menginfeksi lingkungan.
REUTERS
Pilihan editor Arab Saudi Umumkan 23 Maret 2023 Sebagai Hari Pertama Puasa Ramadan