TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Emmanuel Macron menghadapi momen kritis pada Senin 20 Maret 2023, ketika Majelis Nasional akan memberikan suara pada opsi mosi tidak percaya. Opsi ini diajukan oposisi Prancis setelah pemerintahan Macron melewati parlemen pada Kamis pekan lalu, untuk mendorong kenaikan usia pensiun negara yang tidak populer.
Langkah tersebut, yang memicu protes berminggu-minggu menentang perombakan pensiun, memicu kerusuhan dan demonstrasi selama tiga malam di Paris dan di seluruh negeri. Unjuk rasa ini mengingatkan pada protes Rompi Kuning yang meletus pada akhir 2018, karena tingginya harga bahan bakar.
Namun, meskipun pemungutan suara hari ini mungkin menunjukkan kemarahan pada pemerintah Macron, kemungkinan besar hal itu tidak akan menjatuhkan pemerintahannya.
"Saya pikir tidak akan ada suara mayoritas untuk menjatuhkan pemerintah. Tapi ini akan menjadi momen kebenaran," kata Menteri Keuangan Bruno Le Maire kepada surat kabar Le Parisien, mengomentari prospek pemungutan suara hari ini.
"Apakah reformasi pensiun layak menjatuhkan pemerintah dan kekacauan politik? Jawabannya jelas tidak. Setiap orang harus mengambil tanggung jawabnya," tambahnya.
Anggota parlemen oposisi mengajukan dua mosi tidak percaya di parlemen pada Jumat.
Kelompok sentris Liot mengusulkan mosi tidak percaya multipartai, yang ditandatangani bersama oleh aliansi paling kiri Nupes. Beberapa jam kemudian, partai National Rally sayap kanan Prancis, yang memiliki 88 anggota Majelis Nasional, juga mengajukan mosi tidak percaya.
Tetapi meskipun partai Macron kehilangan mayoritas mutlaknya di majelis rendah dalam pemilihan tahun lalu, ada sedikit kemungkinan mosi multi-partai akan lolos. Kecuali jika aliansi mengejutkan anggota parlemen Prancis dari semua pihak dibentuk, dari paling kiri hingga paling kiri paling kanan.
Para pemimpin partai konservatif Les Republicains (LR) telah mengesampingkan aliansi semacam itu. Tak satu pun dari mereka yang mensponsori mosi tidak percaya pertama yang diajukan pada Jumat.
Namun partai itu masih menghadapi beberapa tekanan.
Di kota selatan Nice, kantor Eric Ciotti—pemimpin Les Republicains—dirusak dalam semalam. Demonstran juga mengancam kerusuhan jika mosi itu tidak didukung.
"Mereka ingin melalui kekerasan untuk menekan suara saya pada Senin. Saya tidak akan pernah menyerah kepada pengikut baru Teror," tulis Ciotti di Twitter.
Perombakan Macron menaikkan usia pensiun dua tahun menjadi 64 tahun, yang menurut pemerintah sangat penting untuk memastikan sistem tidak bangkrut. Namun, kebijakan ditolak secara luas oleh rakyat Prancis.
Pilihan Editor: Kota Paris Bau Busuk, Berton-ton Sampah Tak Diangkut Petugas Gara-gara Mogok
REUTERS