TEMPO.CO, Jakarta - Top 3 Dunia edisi Sabtu, 18 Maret 2023, didominasi oleh berita-berita seputar ICC yang mengeluarkan surat penangkapan Presiden Rusia, Vladimir Putin. Berita pertama adalah tanggapan dari Rusia, yang menganggap remeh surat penangkapan itu.
Berita kedua adalah tentang dunia internasional yang menanggapi terbitnya surat penangkapan tersebut. Berita ketiga adalah tanggapan dari Ukraina, pihak yang menjadi objek dari kejahatan yang menurut ICC dilakukan Putin.
Berikut berita-berita yang masuk dalam Top 3 Dunia selengkapnya:
ICC Terbitkan Surat Perintah Penangkapan Putin, Rusia: Tidak Ada Artinya
Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) telah menerbitkan perintah penangkapan Presiden Rusia Vladimir Putin pada Jumat. Beberapa jam kemudian, Rusia menyatakan bahwa langkah mahmakah yang berkedudukan di Den Haag, Belanda ini tidak berarti.
"Rusia, seperti sejumlah negara lain, tidak mengakui yurisdiksi pengadilan ini dan dari sudut pandang hukum, keputusan pengadilan ini batal," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov, pada Sabtu 18 Maret 2023.
Berita selengkapnya, baca di sini.
Deretan Respons Dunia Internasional atas Surat Perintah Penangkapan Putin oleh ICC
Mahkamah Pidana Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Presiden Rusia, Vladimir Putin pada Jumat, 17 Maret 2023, dengan tuduhan bertanggung jawab atas kejahatan perang yang dilakukan di Ukraina.
Pemberitahuan mengejutkan ICC tersebut datang beberapa jam setelah berita lain yang berpotensi berdampak signifikan terhadap perang Rusia di Ukraina. Termasuk kunjungan dari pemimpin China Xi Jinping ke Moskow dan lebih banyak jet tempur untuk Ukraina.
Berita selengkapnya, baca di sini.
Puji ICC Terbitkan Penangkapan Putin, Ukraina: Roda Keadilan sedang Berputar!
Ukraina memuji Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) pada Jumat karena mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Presiden Rusia Vladimir Putin.
"Roda Keadilan sedang berputar. Saya memuji keputusan ICC yang mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Vladimir Putin dan Maria Lvova-Belova atas pemindahan paksa anak-anak Ukraina," tulis Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba di Twitter.
Berita selengkapnya, baca di sini.