Alvarez Lebih Memilih Dipenjara daripada Dibebaskan
Alvarez termasuk dalam pembebasan tahanan politik yang mencakup lebih dari 200 orang yang diumumkan pemerintahan Ortega, Kamis. Tapi, Alvarez tidak naik ke pesawat yang ditujukan ke bandara Washington DC.
Dalam pernyataan yang disiarkan televisi Kamis malam, Ortega mencemooh para tahanan yang dibebaskan sebagai tentara bayaran kriminal untuk kekuatan-kekuatan asing yang berusaha merusak kedaulatan nasional dan mengatakan Alvarez lebih memilih kembali ke penjara daripada dibebaskan.
Kronologi Kasus Alvarez, Diduga Terlibat dalam Aksi Kudeta
Penangkapan Alvarez terjadi pada Agustus 2022. Saat itu, Kepolisian Nikaragua menggeledah sebuah rumah Rolando Alvarez, Uskup yang dikenal kritis terhadap pemerintahan Presiden Nikaragua Daniel Ortega dan tuduhan membentuk kelompok garis kekerasan dan tuduhan melakukan konspirasi.. Alvarez kemudian berstatus tahanan rumah dan sempat dibawa ke sebuah tempat yang tidak dipublikasi pada Jumat dini hari, 19 Agustus 2022.
Polisi Ortega kemudian menahan Alvarez setelah mengusirnya dari gereja di mana ia, empat pastor lain dan dua siswa seminari dari keuskupannya mengurung diri. Seorang kameramen untuk sebuah saluran televisi Katolik juga ditahan bersama mereka.
Penahanan pada Alvarez juga dikonfirmasi oleh sejumlah kelompok agama dan HAM. Alvarez menjalani tahanan rumah bersama lima pendeta, satu seminaris dan satu orang kameramen di sebuah stasiun televisi soal agama.
“Dengan hati penuh luka dan marah, saya mengutuk penculikan Rolando Alvarez. Kediktatoran sekali lagi melampaui roh jahat dan kejahatannya sendiri,” kata Silvio Baez, Uskup Nikaragua.
Baez pun menyerukan agar Alvarez dibebaskan. Dia mendesak mereka yang punya informasi soal keberadaan Alvarez, agar mau muncul ke muka. Kepala Organization of American States, Luis Almagro, juga mengutuk penahanan pada Alvarez. Dia pun menuntut agar Alvarez segera dibebaskan, termasuk para tahanan politik
Bulan ini, tujuh pria dijatuhi hukuman 10 tahun penjara untuk dakwaan pengkhianatan dan penyebaran berita palsu. Tapi semuanya dinaikkan ke penerbangan menuju Washington, Kamis.
Hubungan antara Gereja Katolik dengan pemerintahan Ortega ternoda setelah meletup aksi unjuk rasa anti-Ortega pada 2018. Sebelumnya pada awal Agustus 2022, Ortega telah menuduh para pemimpin Katolik berusaha untuk menggulingkannya ketika beberapa dari mereka bertindak sebagai mediator dengan kelompok-kelompok protes setelah aksi-aksi protes yang menewaskan 300 orang meletus pada 2018.
Sejak saat itu, Ortega mengusir para biarawati dan misionaris serta menutup radio dan stasiun-stasiun televisi Katolik.