TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pertahanan Amerika Serikat Lloyd Austin mengatakan telah berbicara dengan Rusia setelah jatuhnya pesawat tak berawak AS atau drone pada pekan ini di Laut Hitam. Washington menuduh Moskow menembak jatuh drone tersebut.
Kepala Pentagon itu mengatakan kepada wartawan bahwa dia berbicara dengan Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu pada hari Rabu, 15 Maret 2023. Namun Austin menolak untuk memberikan rincian tentang diskusi mereka.
Pembicaraan tingkat tinggi yang langka terjadi sehari setelah pejabat AS mengatakan jet Rusia melakukan kontak dengan drone MQ-9 Reaper AS. Menurut AS, Rusia telah menembak jatuh drone tersebut namun dibantah oleh Moskow dengan mengatakan telah terjadi tabrakan.
Insiden itu akan menandai pertama kalinya aset militer AS dan Rusia melakukan kontak sejak perang di Ukraina dimulai pada Februari tahun lalu. Hal itu memicu kekhawatiran potensi eskalasi antara AS dan Rusia.
Austin tampak menahan diri selama konferensi pers di Pentagon. Dia mengatakan bahwa AS menganggap setiap potensi eskalasi dengan sangat serius. "Itulah mengapa saya yakin penting untuk menjaga jalur komunikasi tetap terbuka,” ujarnya.
“Seperti yang telah saya katakan berulang kali, penting bahwa kekuatan besar menjadi model transparansi dan komunikasi, dan Amerika Serikat akan terus terbang dan beroperasi di mana pun hukum internasional mengizinkan,” kata Austin.
“Merupakan kewajiban Rusia untuk mengoperasikan pesawat militernya dengan cara yang aman dan profesional.”
Kontak antara pejabat tinggi pertahanan AS dan Rusia relatif jarang terjadi sejak Rusia melancarkan invasi besar-besaran ke Ukraina pada 24 Februari 2022. Austin dan Shoigu pertama kali berbicara tentang serangan Rusia pada Mei dan Oktober tahun lalu. Mereka berbicara dua kali dalam tiga hari di tengah meningkatnya ancaman eskalasi konflik.
Pada Rabu, Austin mengulangi versi AS tentang apa yang terjadi di Laut Hitam minggu ini. Dia mengatakan sebuah jet tempur Rusia mencegat pesawat tak berawak AS di wilayah udara internasional.
“Episode berbahaya ini adalah bagian dari pola tindakan agresif, berisiko, dan tidak aman oleh pilot Rusia di wilayah udara internasional,” kata Austin dalam konferensi pers bersama Kepala Staf Gabungan AS Mark Milley.
Para pejabat AS juga mengatakan jet Rusia membuang bahan bakar ke pesawat tak berawak senilai US$ 30 juta itu sebelum tabrakan. Milley mengatakan masih ada pertanyaan apakah Rusia bermaksud menjatuhkan drone. “Kami tahu bahwa pencegatan itu disengaja. Kami tahu bahwa perilaku agresif itu disengaja,” katanya kepada wartawan.
“Anda pernah mendengar tentang pembuangan bahan bakar dan yang lainnya. Kami memiliki bukti video dari semua itu sehingga tidak diragukan lagi bahwa bagian itu memang disengaja,” katanya. “Saya tidak begitu yakin bahwa itu adalah kontak fisik pesawat yang sebenarnya, jadi kita harus mencari tahu itu.
Milley menambahkan bahwa dia berencana untuk berbicara dengan mitranya dari Rusia, Valery Gerasimov, kepala Staf Umum angkatan bersenjata Rusia, tentang insiden tersebut.
Rusia telah menyatakan bahwa meskipun jet tempurnya mencegat drone AS, tidak ada kontak yang dilakukan. Sebaliknya pesawat AS jatuh selama manuver tajam.
Rusia juga mengatakan bahwa drone memasuki area yang dinyatakan terlarang oleh otoritas Rusia. Rusia telah menyatakan wilayah luas di dekat Krimea terlarang untuk penerbangan.
Departemen Luar Negeri AS memanggil Duta Besar Rusia Anatoly Antonov setelah insiden itu. Dia mengatakan kepada pejabat AS bahwa Rusia tidak akan lagi mengizinkan siapa pun untuk melanggar perairannya. Antonov mengatakan drone itu sengaja diterbangkan ke wilayah Rusia dengan transponder dimatikan.
AL JAZEERA
Pilihan Editor: Aturan Baru, Malaysia Larang Artis Asing Pria Tampil Berdadan Ala Wanita