TEMPO.CO, Jakarta - Pasukan keamanan Pakistan mundur dari sekitar rumah Imran Khan untuk menghentikan bentrok dengan massa pendukung mantan perdana menteri itu, setelah polisi berusaha menangkapnya karena tidak muncul dalam pemeriksaan terkait dengan dugaan penjualan hadiah dari negara sahabat.
Polisi dan personel keamanan lainnya terlihat meninggalkan lingkungan di sekitar rumah Khan di Lahore. Khan kemudian terlihat berdiri di luar rumahnya, mengenakan masker gas transparan dan berbicara dengan para pendukungnya.
Sebelumnya, pasukan keamanan menembakkan gas air mata dan meriam air ke arah ratusan pendukung Khan yang membentengi rumahnya untuk mencegah penangkapannya.
Kerusuhan menambah ketidakstabilan di Pakistan, yang sedang berjuang melawan krisis ekonomi dan menunggu dana talangan Dana Moneter Internasional.
Seorang pejabat polisi mengatakan operasi yang diperintahkan pengadilan untuk menangkap Khan, mantan pemain kriket internasional, dihentikan sementara untuk mengakomodasi kejuaraan kriket Liga Super Pakistan (PSL), acara olahraga top negara itu yang dimainkan di stadion beberapa km dari lingkungan Khan.
Turnamen berakhir pada hari Minggu, 19 Maret 2023.
"Kami tidak bisa mengambil risiko keamanan dan keselamatan PSL," kata pejabat yang menolak disebutkan namanya karena tidak berwenang berbicara kepada media. "Perintah pengadilan akan dilaksanakan."
Pengadilan di ibu kota Islamabad pekan lalu mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Khan karena menentang perintah untuk hadir dalam sidang yang mendakwa dia secara tidak sah menjual hadiah negara yang diberikan kepadanya oleh pejabat asing saat dia menjadi perdana menteri dari 2018 hingga 2022.
Dalam sebuah tweet, Khan mengatakan dia telah menandatangani "jaminan" yang akan menjamin kehadirannya di pengadilan sebelum batas waktu 18 Maret, dan asisten senior Fawad Chaudhry mengatakan partai Khan, Tehreek-e-Insaf Pakistan, telah meminta pengadilan menghentikan polisi yang akan menangkapnya.
Menurut daftar yang dibagikan oleh Menteri Penerangan Marriyum Aurangzeb tahun lalu, hadiah yang diberikan kepada Khan termasuk tujuh jam tangan mahal, salah satunya senilai 85 juta rupee Pakistan atau sekitar Rp4,6 miliar. Daftar tersebut juga berisi parfum, perhiasan berlian, dan perlengkapan makan malam.
Khan membantah melakukan pelanggaran.
Proses hukum terhadap Khan dimulai setelah dia digulingkan dari jabatannya dalam pemungutan suara parlemen awal tahun lalu. Sejak itu, dia menuntut pemilihan cepat dan mengadakan unjuk rasa nasional.
Ia ditembak dan terluka di salah satu unjuk rasa ini. Perdana Menteri Shehbaz Sharif telah menolak tuntutan Khan, dengan mengatakan pemilihan akan diadakan sesuai jadwal akhir tahun ini.
Pertikaian politik biasa terjadi di Pakistan, di mana belum ada perdana menteri yang memenuhi masa jabatan penuh dan militer memerintah hampir setengah dari sejarah negara itu.
REUTERS
Pilihan Editor Menkeu Arab Saudi: Investasi di Iran Bisa Dikebut setelah Kesepakatan Damai