TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Kesehatan Iran mengatakan bahwa jumlah korban meninggal akibat virus corona bertambah 15 orang dalam waktu 24 jam pada akhir pekan lalu. Selain itu, 569 orang terpapar virus tersebut di tengah lonjakan kasus infeksi baru COVID-19.
Buletin harian dari kementerian mengatakan angka kematian telah menyentuh angka 144.956 jiwa, sementara jumlah pasien terinfeksi meningkat menjadi 7.573.328 orang.
Kemenkes Iran mengatakan sebanyak 407 orang yang terinfeksi virus tersebut berada dalam keadaan kritis dan dimasukkan ke unit perawatan intensif di beberapa rumah sakit di seluruh Iran.
Pada peta COVID-19 berkode warna, empat kota saat ini dikategorikan merah atau risiko tinggi, 23 jingga atau risiko sedang, 187 kuning atau risiko rendah, dan 235 biru alias normal.
Iran menjadi negara pertama di Timur Tengah yang melaporkan virus corona jenis baru pada Februari 2020 setelah mencatat dua kematian di Kota Qom, dan kemudian Teheran.
Iran, negara paling parah dilanda COVID di kawasan itu, mengalami setidaknya tujuh gelombang virus, sebagian besar disebabkan oleh varian sangat menular seperti Delta dan Omicron, sebelum kemudian mereda.
Situasi itu diperumit oleh lambatnya vaksinasi, yang mendapat momentum setelah pemerintah baru mengambil alih kendali Teheran pada akhir 2021.
Pada Juni tahun lalu, setelah lebih dari dua tahun, Iran melaporkan nol kematian akibat virus corona. Saat itu jumlah kematian akibat COVID mencapai 141.318 jiwa.
Menteri Kesehatan Bahram Einollah waktu itu mengingatkan bahwa mematuhi protokol kesehatan harus dilanjutkan hingga infeksi tidak terjadi lagi.
Lonjakan kasus secara mendadak dalam beberapa minggu belakangan memicu kekhawatiran akan gelombang baru di negara itu saat rumah-rumah sakit di sejumlah kota besar, termasuk Teheran, melaporkan sejumlah besar pasien.
Meskipun sebagian besar dari 80 juta penduduk Iran telah mendapatkan dua dosis vaksin, pemerintah mendesak mereka untuk segera mendapatkan suntikan dosis penguat.
Pilihan Editor: Direktur CDC Era Donald Trump Meyakini Covid-19 Bocor dari Lab Cina yang Didanai AS
ANADOLU