TEMPO.CO, Jakarta - Loyalis Presiden Xi Jinping, Li Qiang, resmi dilantik sebagai perdana menteri baru China pada Sabtu 11 Maret 2023. Pria berusia 63 tahun itu menggantikan Li Keqiang, yang telah mencapai akhir dari batas dua kali masa jabatannya.
Ia kini bertanggung jawab atas ekonomi terbesar kedua di dunia, yang sekarang menghadapi beberapa prospek terburuk setelah terpukul selama tiga tahun pembatasan Covid-19 di negara itu.
Dalam pertemuan parlemen negara itu, Li Qiang mendapat 2.936 suara setuju. Sebanyak tiga suara menentang dan delapan abstain, menurut angka yang diproyeksikan pada layar di dalam Aula Besar Rakyat.
Profil Li Qiang
Li Qiang adalah perdana menteri pertama sejak berdirinya Republik Rakyat China yang belum pernah menjabat sebelumnya di pemerintah pusat. Analis politik menduga, dia mungkin menghadapi masalah di bulan-bulan awal bekerja.
Li Qiang adalah seorang politikus Tiongkok dan anggota Partai Komunis Tiongkok. Li Qiang lahir pada tahun 1959 di provinsi Anhui dan mendapatkan gelar sarjana dari Universitas Fudan. Sebelum memasuki dunia politik, Li Qiang bekerja sebagai guru bahasa Inggris dan kemudian sebagai pegawai negeri di Shanghai.
Setelah bergabung dengan Partai Komunis Tiongkok pada tahun 1983, Li Qiang bekerja di berbagai posisi pemerintahan di Shanghai. Pada tahun 2007, ia diangkat sebagai Sekretaris Partai Komunis Shanghai, posisi tertinggi dalam partai di Shanghai. Selama kepemimpinannya, Shanghai mengalami pertumbuhan ekonomi yang signifikan dan menjadi pusat keuangan global.
Pada tahun 2017, Li Qiang diangkat sebagai Sekretaris Partai Komunis Jiangsu dan kemudian menjadi gubernur provinsi tersebut pada tahun 2018. Sebagai gubernur, Li Qiang memfokuskan pada reformasi struktural ekonomi dan pembangunan inovasi teknologi.