TEMPO.CO, Jakarta -Lima wanita yang mengaku telah ditolak saat ingin melakukan aborsi menggugat negara bagian Texas. Ini merupakan kasus pertama wanita hamil menggugat pembatasan yang diberlakukan, setelah Mahkamah Agung Amerika Serikat membatalkan Roe v. Wade Juni lalu.
Gugatan yang diajukan pada Senin, 6 Maret 2023, meminta pengadilan negara bagian di Austin, ibu kota Texas, untuk mengklarifikasi mengenai poin dokter tidak dapat dituntut karena melakukan aborsi. Jika dengan iktikad baik, mereka menilai prosedur tersebut diperlukan, demi menangani keadaan darurat yang mengancam kehidupan atau kesehatan pasien.
Salah satu penggugat, Amanda Zurawski, mengatakan dia dirawat di rumah sakit di Texas dengan ketuban pecah dini. Kondisi itu berarti janinnya tidak dapat diselamatkan. Dia diberitahu bahwa dia tidak dapat melakukan aborsi sampai aktivitas jantung janin berhenti atau kondisinya mengancam jiwa.
Zurawski mengatakan dia mengalami sepsis dalam beberapa hari. Dia membutuhkan perawatan intensif dan memungkinkan rumah sakit untuk menginduksi persalinan.
Empat wanita lainnya beranggapan mereka harus melakukan perjalanan ke luar negara bagian untuk mendapatkan aborsi, untuk menghindari komplikasi medis yang serius.
"Saya tidak bisa menjelaskan dengan kata-kata trauma dan keputusasaan yang datang karena menunggu kehilangan nyawa Anda sendiri, nyawa anak Anda, atau keduanya," kata Zurawski, ditemani empat rekannya, pada Selasa, 7 Maret 2023, di bawah langit mendung di depan gedung DPR negara bagian Texas untuk berbagi cerita dengan wartawan.
Seperti kebanyakan dari 13 negara bagian Amerika Serikat dengan larangan aborsi hampir total, Texas mengizinkan pengecualian ketika dokter menemukan keadaan darurat medis.
Texas melarang sebagian besar aborsi tak lama setelah Mahkamah Agung membatalkan Roe, keputusan penting 1973 yang menjamin hak aborsi secara nasional.
Seorang juru bicara Jaksa Agung Texas Ken Paxton, seorang Republikan, mengatakan dalam email bahwa pihaknya akan terus membela dan menegakkan undang-undang yang ditetapkan oleh badan legislatif Texas.
Juru bicara itu merujuk pada pedoman Paxton Juli lalu bahwa undang-undang Texas "melindungi wanita menghadapi kondisi fisik yang mengancam jiwa akibat komplikasi kehamilan."
Gugatan tersebut, yang didukung oleh kelompok hak aborsi Center for Reproductive Rights, mengatakan hukum Texas tidak jelas. Sebab, itu dapat membuat dokter menolak aborsi bahkan ketika pengecualian harus diterapkan, dengan alasan takut kehilangan lisensi mereka dan menghadapi hukuman 99 tahun penjara.
Gugatan juga didukung Wakil Presiden AS Kamala Harris. “Seperti yang telah lama dijelaskan oleh Presiden dan saya: menghilangkan hak perempuan untuk membuat keputusan perawatan kesehatan reproduksi mereka sendiri membahayakan kesehatan perempuan, dengan konsekuensi yang berpotensi mengancam jiwa,” kata Harris.
Pilihan Editor: Aktivis Daki Gedung 146 Meter, Cari Dukungan Agar Seorang Wanita Batalkan Rencana Aborsi
REUTERS