TEMPO.CO, Jakarta - Sepasang lansia menunggu di dekat reruntuhan bangunan tiga lantai tempat mereka tinggal di pusat kota Osmaniye di Turki selatan yang hampir sepi. Mereka berharap tabungan hidup mereka akan muncul kembali dari puing-puing saat daerah itu dibersihkan.
Reyhan Vural, 48 tahun, dan suaminya Metin yang berusia 59 tahun selamat dari gempa Turki pada 6 Februari 2023. Gempa itu menewaskan lebih dari 50.000 orang di Turki dan Suriah. Seperti banyak orang yang berhasil keluar hidup-hidup, mereka sekarang berjuang karena kehilangan hampir segalanya.
Keluarga Vural dan banyak lainnya menyimpan tabungan puluhan tahun di rumah dalam bentuk emas - biasanya koin atau perhiasan. Sudah menjadi semacam tradisi di Turki dan negara-negara Timur Tengah, orang-orang lebih percaya menyimpan logam mulia di rumah daripada menyimpan uang tunai di bank.
"Semua milik kita ada di puing-puing," kata Vural seperti dikutip dari Reuters, Rabu, 8 Maret 2023, menunjuk ke gundukan puing yang merupakan rumahnya di jalan yang sepi dengan deretan pohon jeruk. "Kami akan membeli rumah dan emasnya ada di sana," ujarnya menambahkan.
Vural dan suaminya datang ke reruntuhan setiap hari untuk melihat apakah mereka dapat menemukan barang berharga mereka. "Aku tahu di mana emas itu, jadi ketika para penggali datang, aku akan meminta mereka berhenti sejenak untuk melihat apakah aku bisa mengeluarkannya."
Penduduk Turki juga semakin demam emas untuk melindungi diri dari inflasi yang merajalela dan penurunan tajam nilai lira dalam beberapa tahun terakhir. "Tidak ada yang percaya pada negara. Mereka percaya pada emas," kata seorang kontraktor yang membersihkan puing-puing dan menolak menyebutkan namanya.
Pihak berwenang dengan cepat membersihkan puing-puing dan mulai fokus membangun kembali jutaan orang yang kehilangan rumah. Namun zona bencana masih dipenuhi oleh orang-orang yang menunggu di dekat reruntuhan dan mencari-cari di antara reruntuhan untuk menemukan barang berharga mereka.
Emas Pengantin
Hatice Yigit, 57 tahun, enam hari terjebak di bawah reruntuhan blok apartemen di Antakya sebelum diselamatkan oleh pekerja darurat Inggris. Setelah sembuh, dia kembali ke situs tersebut, berharap untuk mendapatkan kembali hartanya sekitar 50.000 lira Turki atau sekitar 41 juta rupiah yang ditabung untuk pernikahan putrinya.
Sebagian besar kekayaannya itu dalam bentuk emas. "Semuanya ada di sana. Bahkan impian saya ada di sana," katanya.
Menurut dia, pernikahan putrinya mungkin perlu ditunda selama beberapa tahun jika dia tidak menemukannya. Emas dimaksudkan untuk memberikan modal awal keuangan bagi pengantin baru.
Yang lain takut mereka tidak akan pernah menemukan tabungan mereka. Fadi Kabbani, asal dari Idlib, Suriah, kehilangan istri dan putranya yang berusia tujuh tahun ketika bangunan tempat tinggalnya runtuh.
Dia sekarang tinggal di tenda darurat, tetapi mengatakan emas senilai US$1.000 atau sekitar Rp 15 juta yang dia hilangkan meski tidak dalam jumlah besar, akan memberikan tempat tinggal dan makanan yang lebih baik untuknya dan putranya yang masih hidup. Butuh empat hari untuk dapat mengambil tubuh istrinya, katanya. "Kami tidak memikirkan hal lain... sekarang, kami yakin tidak ada yang tersisa."
REUTERS
Pilihan Editor: Intelijen AS: Ukraina di Balik Sabotase Kebocoran Pipa Nord Stream