TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah laporan intelijen Amerika Serikat menyebutkan bahwa kelompok pro-Ukraina telah menyerang jalur pipa Nord Stream tahun lalu. Jalur pipa Nord Stream itu mengalirkan gas dari Rusia ke Eropa. Sabotase jalur Nord Stream itu membuat bingung para penyelidik di kedua sisi Atlantik selama berbulan-bulan.
Pejabat AS mengatakan bahwa mereka tidak memiliki bukti Presiden Volodymyr Zelensky dari Ukraina atau petinggi militernya terlibat dalam operasi tersebut. AS juga belum bisa membuktikan bahwa para pelaku bertindak atas arahan pejabat pemerintah Ukraina.
Serangan terhadap jaringan pipa gas alam yang menghubungkan Rusia ke Eropa Barat, memicu spekulasi publik tentang siapa yang harus disalahkan. Moskow, Kyiv maupun Washington saling tuding sehingga menjadi salah satu misteri yang belum terpecahkan.
Ukraina dan sekutunya dinilai memiliki motif kuat untuk menyerang jalur pipa. Mereka telah menentang proyek tersebut selama bertahun-tahun, menyebutnya sebagai ancaman keamanan nasional karena memungkinkan Rusia menjual gas dengan lebih mudah ke Eropa.
Pejabat intelijen pemerintah dan militer Ukraina membantah serangan terhadap jalur pipa Nord Stream. Mykhailo Podolyak, penasihat senior Zelensky, memposting di Twitter bahwa Ukraina tidak ada hubungannya dengan kecelakaan Laut Baltik. Dia menambahkan bahwa dia tidak memiliki informasi tentang kelompok sabotase pro-Ukraina.
Para pejabat AS mengatakan banyak yang tidak mereka ketahui tentang para pelaku penyerang Nord Stream dan afiliasinya. Tinjauan intelijen yang baru dikumpulkan menunjukkan bahwa mereka adalah penentang Presiden Rusia Vladimir Putin tanpa menyebutkan anggota kelompok tersebut atau siapa yang membayar operasi itu. Pejabat AS menolak menjelaskan lebih rinci.
Juru Bicara Gedung Putih John Kirby mengatakan Washington sedang menunggu penyelidikan di Jerman, Swedia dan Denmark untuk menyimpulkan penyebab kerusakan pipa Nord Stream.
Bulan lalu, Rusia telah menuntut Amerika Serikat membuktikan bahwa mereka tidak berada di balik penghancuran pipa gas Nord Stream. Kedutaan Rusia di Washington pada Kamis, 16 Februari 2023, merujuk pada posting blog oleh jurnalis Seymour Hersh. Unggahan itu mengutip sumber tak dikenal, yang mengatakan bahwa penyelam Angkatan Laut AS telah menghancurkan pipa dengan bahan peledak atas perintah Presiden Joe Biden.
Moskow menganggap penghancuran pipa Nord Stream 1 dan Nord Stream 2 September lalu sebagai tindakan terorisme internasional. Kedutaan menegaskan pihaknya tidak akan membiarkannya ditutup-tutupi.
Namun Gedung Putih telah menolak tuduhan itu. “Adalah informasi yang salah bahwa Amerika Serikat berada di belakang apa yang terjadi dengan Nord Stream,” kata Juru bicara Kementerian Luar Negeri AS Ned Price pada Rabu, 15 Februari 2023.
Penyelidikan dari Swedia dan Denmark mengatakan ledakan pipa gas itu akibat sabotase, tetapi belum mengatakan siapa yang bertanggung jawab. Peristiwa itu terjadi di zona ekonomi eksklusif kedua negara.
NEW YORK TIMES | REUTERS
Pilihan Editor: Pasukan Rusia Pakai Senjata Tua di Ukraina, Mengeluh ke Putin: Kami Bukan Daging